Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKMS) Pemantauan Ikan Endemik Banggai Cardinalfish (BCF) Pasca Tsunami di Teluk Palu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa/siswi SMKN 6 Palu terhadap ikan endemik BCF dan habitatnya. Kemampuan tersebut semakin penting dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim. Dengan demikian, pengetahuan mengenai ikan endemik BCF serta keterampilan memantau ikan tersebut merupakan life skills yang sangat berguna bukan hanya bagi mereka tetapi bagi komunitas dimana mereka berada, baik selama duduk di bangku sekolah maupun nantinya di tengah masyarakat. Tahap Pelaksanaan PKMS ini melalui penyuluhan pelatihan teknis bioekologi dan cara pemantauan ikan endemik BCF secara daring yang di sampaikan oleh narasumber teknis, kemudian dilanjutkan dengan penerapan skala kecil dilapangan oleh tim pelaksana. Hasil Survei menunjukkan bahwa adanya perubahan yang sangat signifikan baik itu menyangkut jumlah populasi maupun mikrohabitat ikan endemik BCF
The goals of this research were to study the characteristics of coral recruits on Fish Home artificial reef modules at two sites with different environmental characteristics (habitat condition, physical and chemical water quality). The research was carried out from July to September 2016 at Mamboro Suburb in Palu Bay and Lero Village in Donggala District. Data were collected using SCUBA via a systematic random sampling method. Coral recruits were identified and community composition indices of abundance, distribution, diversity, evenness and dominance calculated. Water quality parameters were conducive to coral growth. The artificial substrate (fish homes) enabled coral settlement. Corals recruited mostly onto the outer walls of the fish homes, and were evenly distributed. At the Lero site, 683 colonies were counted, comprising 11 Families and 33 Genera, at Mamboro 563 colonies comprised 13 Families and 31 Genera. Dispersal patterns of the dominant group, no dominant species, average diversity and evenness.
Karang lunak merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang, yang mengandung senyawa bioaktif dan dapat berperan sebagai alat pertahanan diri serta memiliki kemampuan sebagai senyawa antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi potensi ekstrak karang lunak Sinularia sp. sebagai antibakteri dengan metode broth-dilution. Karang Lunak Sinularia sp. dikoleksi dari perairan Desa Kabonga Besar, Sulawesi Tengah, dan dimaserasi dengan diklorometana : methanol. Ekstrak Sinularia sp. dilakukan pengujian skrining metabolit kimia dan pengujian antibakteri dengan metode broth-diluttion. Hasil skrining ekstrak Sinularia sp. terdeteksi senyawa metabolit flavonoid, saponin, alkaloid dan steroid. Ekstrak Sinularia sp. memberikan pengaruh terhadap total koloni Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Ekstrak Sinularia sp. dapat menghambat pertumbuhan E. coli dengan konsentrasi minimum 1.76 ± 0.10 mg/mL, sedangkan pada P. aeruginosa konsentrasi minimum yang dibutuhkan 1.85 ± 0.14 mg/mL. Konsentrasi bunuh minimum ekstrak Sinularia sp. yang dibutuhkan dalam membunuh E. coli, yaitu 7.06 ± 0.42 mg/mL, sedangkan pada P. aeruginosa, yaitu 7.38 ± 0.54 mg/mL. Penelitian ini disimpulkan bahwa senyawa bioaktif dari metabolit ekstrak karang lunak Sinularia sp. berpotensi sebagai senyawa antibakterial terhadap E. coli dan P. aeruginosa. Oleh karena itu, perlu diinvestigasi lebih lanjut dari identifikasi profil bioaktif karang lunak Sinularia sp.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas perairan fisika dan kimia mengkaji biodiversitas bulu babi di perairan Teluk Palu; serta mengkaji distribusi bulu babi di perairan Teluk Palu. Metode penentuan populasi bulu babi menggunakan Line Transect. Pengamatan yang dilakukan dilokasi penelitian terdiri dari Diadema savignyi, Diadema setosom dan Echinothrix calamaris. Hasil perhitungan kelimpahan yang paling tinggi pada D. setosom 74%, D. savignyi 21%, dan terendah E. calamaris 5%. Dibandingkan dengan tahun 2018, jumlah individu bulu babi yang ditemukan pada tahun 2020 mengalami penurunan. Hal ini diduga disebabkan oleh bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2018, sehingga diindikasikan ekosistem habitat bulu babi di perairan Kadongo belum pulih seperti keadaan sebelum tsunami. Indeks keanekaragaman spesies setelah dilakukan perhitungan yaitu D. savignyi dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,32803, D. setosom sebesar 0,22502 serta E. calamaris dengan nilai indeks keanekaragaman 0,15497. Jika ditotalkan, indeks keanekaragaman berdasarkan jenis diperoleh nilai 0,70802; bulu babi pada lokasi penelitian masuk pada kategori rendah. Hasil perhitungan indeks keseragaman adalah 0,40500; menunjukkan sebaran individu antar jenis cukup seragam. Perhitungan hasil indeks dominasi diamati pada lokasi penelitian yakni D. savignyi sebesar C = 0,04432, spesies D. setosom sebesar C = 0,54294, serta spesies E. calamaris sebesar C = 0,00277. Hasil perhitungan menunjukkan untuk spesies D. setosom mendominasi pada lokasi pengamatan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.