Mencuatnya perbincangan persoalan integrasi ilmu ke permukaan, sebenarnya merupakan suatu upaya untuk mencermati dinamika kehidupan dan keilmuan yang dikotomik di dunia Islam. Upaya untuk mengintegrasikan dan menginterkoneksikan berbagai keilmuan Islam dengan sains adalah daya upaya dan sekaligus sebagai jawaban mendesak atas kelemahan dan kekurangan di kalangan umat Islam dibandingkan paradigma ilmu Barat. Telah berabad-abad kaum muslimin terpenjara dalam pemahaman keagamaan yang sempit dan tidak rasional. Seakan-akan mengkaji alam semesta bukan merupakan perbuatan agama. Terjadi pemisahan secara tegas antara urusan dunia dengan akhirat, antara sains dengan agama, antara ilmuwan dengan ulama. Konsekuensinya, dunia Islam tertinggal jauh dari kemajuan sains Barat. Sadar akan keterbatasan dari terpaan dan tamparan sains, ilmu pengetahuan dan teknologi Barat, PTAI Se-Indonesia berbenah diri, melakukan perombakan dan perubahan serius. Perubahan STAIN menjadi IAIN dan konversi IAIN menjadi UIN masih menyisakan problema besar, rumit dan pelik, terutama terletak pada persoalan pengembangan paradigma integrasi ilmu, pilar spritualitas dan model implementasinya. Model pengembangan paradigma integrasi ilmu yang dikembangkan di UIN Suka Yogyakarta terkonsentrasi pada simbol jaring laba-laba dan UIN Maliki Malang bersimbolkan pohon ilmu.

The emergence of a community-based education paradigm is triggered by a large flow of modernization and democratization. Education should be decentralized. Its implementation in schools should be collaborative and the principal has a big role in this program. Therefore, this study aims to examine the involvement or participation of the principal in improving the quality of community-based PAI (Pendidikan Agama Islam/Islamic Education) in junior high school. The data were collected through indepth interview, observation, literature studies and documentation instruments. This study shows that the principal's concern on religious affairs and the improvement of the quality of PAI learning is relatively high. This can be seen from his programs in conducting: recitation on Islamic and national holidays, Ḍuha learning program, tahfidz (one day one verse), daily book of yaumi, tajwid learning, tahsin for teachers, qurban payment collection, motivation program for improving teachers' skills, existing curriculum development, and teaching competence based on social piety program. ABSTRAK Kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh arus besar modernisasi dan demokratisasi. Pendidikan harus dikelola secara desentralisasi, pelaksanaannya di sekolah harus kolaboratif, Kepala Sekolah punya andil besar dalam hal ini. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keterlibatan atau peran serta Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis masyarakat di SMP Negeri I Bukitbatu.Data dijaring lewat wawancara mendalam, pengamatan terlibat dan studi kepustakaan serta instrumen dokumentasi. Kajian ini menunjukkan bahwa kepedulian kepala sekolah pada persoalan-persoalan keagamaan dan peningkatan mutu pembelajaran PAI relatif cukup tinggi, terutama kelihatan dari kegiatan-kegiatannya mengadakan program pengajian pada hari-hari besar Islam dan nasional, pengajian Ḍuha, program tahfidz satu hari satu ayat, mengadakan buku amalan yaumi dan buku setoran ayat, program belajar tajwid atau tahsin bagi para guru, program cicilan hewan qurban dan sangat memotivasi para guru untuk memiliki keterampilan, mengembangkan kurikulum yang ada, serta meningkatkan kompetensi mengajar berbasis kesalehan sosial.