Perairan gambut merupakan ekosistem unik yang memiliki kekayaan biodiversitas ikan, sebagian besar di antaranya memiliki potensi sebagai ikan hias. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan identifikasi dan analisis keragaman genetik, karakter genetik, jarak genetik, dan pohon kekerabatan ikan-ikan yang mendiami perairan gambut Cagar Biosfere Bukit Batu Provinsi Riau. Tahap pertama penelitian ini adalah identifikasi secara morfologi terhadap 29 ikan hasil koleksi yang potensial sebagai ikan hias. Selanjutnya amplifikasi dan alignment 675 bp (base pair) dari 90 runutan parsial cytochrome c oxidase subunit 1 (COI). Hasil penelitian menunjukkan ikan yang diidentifikasi dapat dikelompokkan menjadi enam famili, yaitu Balontidae terdiri atas tiga spesies (12,5%); Cyprinidae 13 spesies (54,17%); Cobitidae satu spesies (4,17%); Siluridae dua spesies (8,3%); Datnoidae satu spesies (4,17%); dan Bagridae empat spesies (16,67%). Beberapa spesies memiliki perbedaan genetik intraspesies lebih dari 3%. Analisis kekerabatan dan clustering ikan hias lahan gambut berdasarkan gen COI memiliki nilai bootstrap 87-99 per ulangan.Peat is a unique ecosystem which a high fish biodiversity, and most of them are potential as ornamental fish. This research was conducted to identify and analyze genetic diversity, genetic code, genetic distances, and phylogenies of the fish that inhabit in the Bukit Batu Biosfere Reserves, Riau Province. The first stage of this study was identification of 29 fish species that potential as ornamental fish by using morphological character. The further stages were amplification and alignment of 675 base pairs of 90 partial sequences of cytochrome c oxidase subunit 1 (COI). Results showed that the identification based on COI could be classified into six families. These Families were Balontidae, Cyprinidae, Cobitidae, Siluridae, Datnoidae, and Bagridae which consist of three species (12.5%), 13 species (54.17%), one species (4.17%), two species (8.3%), one species (4.17%), and four species (16.67%), respectively. Some clustered have intra-species genetic divergence more than 3%. Phylogenetic and clustering analysis showed all of the OTU (0perational Taxonomic Unit) has a high bootstrap permutation of 87-99.
ABSTRAKIkan rainbow Ajamaru (Melanotaenia ajamarunensis) yang dinyatakan punah pada tahun 1996 merupakan ikan endemik dari Danau Ajamaru, Papua. Namun ikan ini berhasil ditemukan kembali pada tahun 2007 di Sungai Kaliwensi, Sorong, Papua. Domestikasi ex-situ ikan rainbow Ajamaru sedang dilakukan di Balai Riset Budidaya ikan Hias, Depok-Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perbedaan genotipe ikan rainbow Ajamaru di alam dan budidaya melalui analisis keragaman genetik untuk melihat adanya perubahan genetik, migrasi maupun mutasi gen. Metode yang digunakan adalah Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD) dengan 3 jenis primer (OPA 03, OPB 6, dan OPZ 5). Setiap populasi baik, dari alam (Papua) maupun budidaya (Depok dan Papua) masing-masing diambil secara acak sebanyak 10 sampel ikan uji. Hasil penelitian menunjukkan nilai keragaman genetik pada ikan di alam lebih rendah (62,5%) dibanding ikan budidaya di Papua (70,31%) dan tertinggi pada ikan budidaya di Depok (73,43%). Heterozigositas pada ikan di alam lebih rendah (0,172) dibanding ikan budidaya di Papua (0,241) dan di Depok (0,270). Jarak genetik terjauh ditunjukkan antara populasi ikan alam dan populasi ikan budidaya Papua, sedangkan jarak genetik terdekat antara populasi ikan budidaya di Papua dengan di Depok. Karakter genotipe yang dihasilkan pada tiga populasi ikan rainbow Ajamaru adalah memiliki corak DNA yang berbeda nyata (P<0,05). Perbedaan yang dihasilkan dari karakter genotipe karena respon genotip dari tiap individu dan daya adaptasi ikan berbedabeda pada habitat yang berbeda. KATA KUNCI: ikan rainbow; Melanotaenia; genetic; RAPD ABSTRACT: Genotype characterization of three populations of Ajamaru rainbow fish using RAPD. By: Erma Primanita Hayuningtyas, Shofihar Sinansari, Melta Rini Fahmi, Eni Kusrini, and Bastiar NurAjamaru rainbow, an endemic fish from Lake Ajamaru, Papua, once declared extinct in 1996. However, it was rediscovered in 2007, in Kaliwensi River, Sorong, Papua. Currently, the Ajamaru rainbow fish is being domesticated exsitu at the Research Center for Ornamental Fish Culture, Depok, West Java. The aim of the research was to determine the genotype characteristics of wild and cultured Ajamaru rainbow including genetic change, drift, migration, and mutation using genetic variance analysis. The genetic analysis applied was Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD) using OPA-03, OPB-6, and OPZ-5 primers. Ten samples were used for each population. The results showed that the three populations of Ajamaru rainbow fish have significantly different (P<0.05) of DNA polymorphism. The lowest value of genetic variance was found in the wild fish (62.5%) followed by the cultured fish located in Papua (70.31%), and the highest was observed in the cultured fish located in Depok (73.43%). Heterozygosity of the wild fish was lower (0.172) than that of the cultured fish in Papua (0.241) and in Depok (0.270). The high genetic distance was found between the wild and cultured fish from Papua. The closest relationship was between the fish culture ...
<p>Informasi tentang keragaman genetik sangat dibutuhkan pada program pemuliaan melalui kegiatan seleksi untuk menghasilkan induk unggul, seperti pada pembentukan ikan mas Rajadanu tahan infeksi koi herpes virus (KHV). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi variasi genetik ikan mas varietas Rajadanu tahan infeksi KHV generasi F0 dan F1 dengan menggunakan marka molekuler mikrosatelit. Populasi F0 dan F1 dihasilkan dari kegiatan seleksi bersamaan (independent culling) pada karakter pertumbuhan dan ketahanan terhadap KHV. Seleksi karakter pertumbuhan dilakukan dengan metode seleksi individu (mass selection), sedangkan seleksi karakter ketahanan terhadap KHV dilakukan dengan mengidentifikasi individu yang membawa marka MHC II spesifik pada alel Cyca-DAB1*05. Sebanyak sepuluh individu ikan mas dari setiap populasi digunakan untuk analisis variabilitas mikrosatelit menggunakan tiga lokus mikrosatelit (MFW6, MFW7, dan MFW9). Data alel mikrosatelit diolah menggunakan program Microsoft excel dan dianalisis menggunakan program Fstat dan Arlequin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah alel dari tiap lokus pada masingmasing populasi bervariasi, yaitu berkisar antara 2-5 alel. Rata-rata jumlah alel dan rata-rata heterozigositas teramati pada populasi F0 tidak berbeda dengan populasi F1. Rata-rata jumlah alel pada kedua populasi sebesar 3,33 alel dengan rata-rata nilai heterozigositas teramati sebesar 0,47. Inbreeding teridentifikasi pada populasi F0 dan F1, kedua populasi mempunyai tingkat inbreeding yang relatif sama. Populasi ikan mas tahan KHV pada penelitian ini memiliki keragaman genetik yang relatif rendah sehingga diperlukan monitoring variasi genetik dan skema pemijahan yang baik pada kegiatan seleksi selanjutnya untuk menghasilkan ikan mas tahan KHV yang unggul.</p><p>Information on genetic diversity is needed in breeding program through selective breeding to produce superior broodstocks, such as on production of Rajadanu strain of common carp resistant to KHV infection. The aim of this study was to evaluate the genetic variation in F0 and F1 of Rajadanu strain of common carp resistant to KHV infection using microsatellite marker. The F0 and F1 populations have been produced by independent culling method on growth and resistant to KHV characters. Selection on growth character was conducted by mass selection method, while selection on resistant to KHV character was conducted by identification the individual of common carp that carrying MHC II marker specific on CycaDAB1*05 allele. Ten individuals representing each population were analyzed for microsatellite variability using three microsatellite loci (MFW6, MFW7, and MFW9). Microsatellite allele data were analyzed using Microsoft Excel, Fstat, and Arlequin software. The result showed that the number of alleles per loci in each population varied ranging from 2 to 5 alleles. The average number of alleles and the average observed heterozygosity in F0 was similar to that of F1. The average number of alleles in both populations was 3.33, while the average observed heterezygosity was 0.47. The F0 and F1 populations showed inbreeding level; inbreeding level in both populations was relatively similar. Common carp populations in this study had relatively low genetic variation, so that monitoring of genetic variation and good spawning scheme were needed on next selection program to produce a superior common carp resistant to KHV.</p>
ABSTRAKIkan rainbow Kurumoi (Melanotaenia parva) adalah ikan endemik Danau Kurumoi, Papua Barat, Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH), Depok telah berhasil melakukan domestikasi dan menghasilkan beberapa generasi ikan rainbow Kurumoi. Ikan rainbow Kurumoi memijah secara alami, sehingga kemungkinan terjadinya inbreeding tinggi. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengevaluasi keragaman genetik ikan rainbow Kurumoi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas genetik dengan mengevaluasi keragaman genotipe tiga generasi ikan rainbow Kurumoi menggunakan metode RAPD (Randomly Amplified Polymorphic DNA) dengan tiga jenis primer, yaitu: OPA-18, OPZ-5, dan OPZ-13. Setiap generasi diambil 10 ekor ikan secara acak. Hasil penelitian ditemukan bahwa keragaman genotipe ikan generasi pertama (69,25%) relatif lebih rendah (P>0,05) daripada generasi kedua (76,9%) dan ketiga (76,9%). Nilai heterozigositas cenderung meningkat dari generasi ke generasi. Heterozigositas ikan generasi pertama adalah 0,21; generasi kedua sebesar 0,24; dan generasi ketiga sebesar 0,25. Jarak genetik terjauh adalah antara generasi pertama dan generasi ketiga, yaitu sebesar 0,19. Dengan demikian, proses domestikasi yang telah dilakukan tidak menyebabkan penurunan keragaman genotipe ikan rainbow Kurumoi. KATA KUNCI: ikan rainbow Kurumoi; RAPD; keragaman genotipe; jarak genetik ABSTRACT: Genotype diversity in three generations of domesticated Kurumoi rainbow fish (Melanotaenia parva) based on RAPD method. By: Erma Primanita Hayuningtyas and Tutik KadariniKurumoi rainbow fish (Melanotaenia parva) is an endemic species from Kurumoi Lake, West Papua, Indonesia. Research and Development for Ornamental Fish Culture, Depok has successfully domesticated and produce Kurumoi rainbow fish for several generations. This fish is breed naturally, inbreeding probability is highly occure. It is important to evaluate genetic diversity of Kurumoi rainbow fish. Aim of the research was to evaluate genotype diversity at three generations of Kurumoi rainbow fish using RAPD (Randomly Amplified Polymorphic DNA) method with three primers, namely In the research, 10 fishes were randomly taken from each generation. The research found that genotype diversity of fish first generation (69.25%) was relatively lower (P>0.05) than second (76.9%) and third (76.9%) generations. Heterozygosity value tended to increase by generation to generation. Heterozygosity at first generation was 0.21, 0.24 at second generation and 0.25 at third generation. The highest genetic distance was between the first and third generation (0.19). Thus, the domestication process that has been done does not cause a decrease in genotype diversity of Kurumoi rainbow fish.
ABSTRAKWabah penyakit koi herpes virus (KHV) di Indonesia yang terjadi sejak tahun 2002 merupakan salah satu faktor yang memicu kemerosotan produksi ikan mas budidaya. Pembentukan strain unggul ikan mas tahan KHV dapat menjadi solusi bagi permasalahan tersebut. Pemilihan genotip ikan mas tahan KHV dengan marka molekuler gen major histocompatibility complex class II (MHC-II), khususnya pada alel Cyca DAB 1*05 akan membantu dalam kegiatan seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan gen MHC-II pada populasi dasar G0 ikan mas strain Rajadanu dan hubungannya dengan pertumbuhan (bobot). Metode deteksi keberadaan gen MHC-II pada dua kelompok ikan dengan ukuran berbeda dilakukan dengan teknik PCR. Hubungan antara pertumbuhan ikan mas dengan persentase kemunculan gen MHC-II dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), sehingga diperoleh korelasi di antara keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara pertumbuhan dengan persentase keberadaan gen MHC-II berkorelasi negatif dengan nilai R = -0,742. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin cepat pertumbuhan populasi ikan mas maka semakin sedikit persentase individu yang mempunyai gen MHC-II pada setiap populasi ikan mas. Sehingga populasi ikan mas yang pertumbuhannya lambat memiliki tingkat persentase positif MHC-II lebih tinggi (85,71%-100%) dibandingkan populasi ikan mas yang pertumbuhannya cepat (42,86%-85,71%).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.