Keadaan darurat terkait dengan pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease 2019), memicu respons semua kalangan kesehatan internasional dimana ribuan tenaga kesehatan dan keperawatan berada digaris depan merawat mereka yang terpapar COVID-19. Meningkatnya kasus dan kematian selama pandemi, mendorong penyedia layanan kesehatan garis depan ke arah tekanan yang lebih besar karena berbagai faktor termasuk isolasi mandiri, stigma dan diskriminasi, serta menempatkan mereka pada risiko masalah psikologis yang lebih tinggi (Xiong & Peng, 2020). Stigma negatif dan diskriminasi sebagian besar terjadi karena kekhawatiran yang berlebihan masyarakat terhadap para tenaga kesehatan yang bekerja secara langsung dengan pasien COVID-19. Stigma, diskriminasi dan isolasi, perlu dihilangkan dan dihapuskan dari masyarakat. Karena stigma dapat mempengaruhi kesehatan mental. Stigma juga dianggap sebagai sumber stres pada individu. Penelitian ini didorong adanya evidence gap dimana penulis menemukan adanya kontradiksi hasil penelitian yang dilakukan Keijsers et al., (1995) yang menyimpulkan bahwa stres kerja berpengaruh positif terhadap kinerja tenaga kesehatan, sedangkan pada penelitian Li et al., (2017) stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja tenaga kesehatan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan 121 sampel responden dari populasi dan penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan persamaan struktural atau SEM (Structural Equation Modelling). Keyword : Kinerja, Stres Kerja, Tenaga Kesehatan Muslim selama COVID-19.