<p class="BasicParagraph" align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><p class="BasicParagraph"> </p><p class="BasicParagraph">This study was aimed to analyze the sensitivity and ability of primer hemolysin in detecting pathogenetic <em>Vibrio</em> on tiger shrimp post-larvae (PL) exposed under different exposure times in media inoculated with <em>Vibrio harveyi</em>. The PL of tiger shrimp were infected with 10⁶ cfu/mL of <em>V. harveyi</em> by immersion method for three, six, 12, 24, 48 and 72 hours. The presence of hemolisin genes was detected by PCR techniques. The electrophoresis detected narrow hemolysin genes after PL were exposed for three and six hours. Clear visible bands of DNA <em>Vibrio</em> were observed for 12 hours of exposure. In contrast, no detected hemolysin gene of <em>Vibrio</em> was observed for PL exposed within 24, 48, and 72 hours. The rapid detection on <em>Vibrio</em> pathogenic for tiger shrimp PL should be conducted within three to 12 hours of exposure. No recommendation in utilizing this rapid detection for tiger shrimp PL exposed beyond 12 hours of <em>V. harveyi</em>.</p><p class="BasicParagraph"> </p><p class="BasicParagraph">Keywords: specific primer, luminous <em>Vibrio</em> bacteria, pathogenic, PCR method, hemolysin gene</p><p class="BasicParagraph"> </p><p class="BasicParagraph"> </p><p class="BasicParagraph" align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p class="BasicParagraph"> </p><p class="BasicParagraph">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan atau sensitivitas primer hemolisin dalam mendeteksi <em>Vibrio</em> patogen dengan lama pemaparan berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan menginfeksikan <em>Vibrio harveyi</em> pada benur udang dengan metode perendaman pada konsentrasi 10⁶ cfu/mL. Pengambilan sampel dilakukan pada waktu tiga, enam, 12, 24, 48, dan 72 jam pascainfeksi. Keberadaan gen hemolisin pada bakteri <em>V. harveyi</em> dideteksi menggunakan teknik <em>polymerase chain reaction </em>(PCR). Hasil elektroforesis memperlihatkan bahwa pada pemaparan tiga dan enam jam keberadaan gen hemolisin dari bakteri <em>Vibrio</em> patogen yang diinfeksikan sudah dapat terdeteksi pada benur walaupun masih terlihat tipis. Pada pemaparan 12 jam terlihat sangat jelas pita-pita DNA dari bakteri patogen. Sedangkan pada pemaparan 24, 48, dan 72 jam sudah tidak terdeteksi lagi gen hemolisin dari bakteri <em>Vibrio</em>. Hal ini diduga disebabkan terjadinya penurunan populasi bakteri <em>Vibrio</em> yang hidup dalam tubuh dan media pemeliharaan udang. Pentingnya deteksi cepat diawal udang terinfeksi bakteri (3–12 jam) karena setelah 12 jam infeksi sudah sulit untuk mendeteksi keberadaan bakteri patogen di dalam tubuh udang.</p><p class="BasicParagraph"> </p><p>Kata kunci: primer spesifik, bakteri <em>Vibrio</em> berpendar, patogenik, metode PCR, gen hemolisin</p><p> </p>