AbstrakPeningkatan sektor industri pangan dari tahun ke tahun membuat pelaku industri pangan mengalami persaingan yang lebih ketat. Dalam era ketatnya persaingan industri pangan ini, pengendalian persediaan bahan baku di PT. Surya Indah Food Multirasa masih mengalami kendala kekurangan bahan baku potato dan kentang keriting disetiap tahun, yang berimbas kehilangan penjualan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah pemesanan yang tepat dalam setiap pembelian bahan baku sehingga tidak terjadi kekurangan bahan baku, dengan biaya persediaan yang lebih hemat. Penelitian ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku potato dan kentang keriting antara menggunakan kebijakan perusahaan dengan EOQ. Analisis perhitungan EOQ diikuti dengan melakukan analisis safety stock (SS), maximum inventory (MI), total inventory cost (TIC) dan reorder point (ROP) sehingga diketahui persediaan yang optimal bagi perusahaan. Hasil analisis EOQ menunjukkan metode EOQ lebih hemat dibanding kebijakan perusahaan dengan selisih rata-rata TIC pada bahan baku potato ialah Rp. 856.124 dan kentang keriting sebesar Rp. 1.065.989. Nilai EOQ rata-rata pada bahan baku potato ialah 344 kg sedangkan kentang keriting 234 kg. Selanjutnya nilai SS rata-rata pada bahan baku potato ialah 75 kg sedangkan kentang keriting 35 kg, dan ROP rata-rata pada bahan baku potato ialah 123 kg sedangkan kentang keriting 58 kg. Dalam penelitian ini juga dilakukan peramalan menggunakan metode Winter's untuk mengetahui data permintaan pada tahun 2019 sehingga diketahui peramalan nilai EOQ pada tahun 2019. Hasil perhitungan EOQ menggunakan data peramalan tahun 2019 pada bahan baku potato ialah 371 kg sedangkan kentang keriting 258 kg. AbstractThe increase in the food industrial sector over the year making food producers experience tighter competition. In this era of intense competition in the food industry, raw material inventory control in PT. Surya Indah Food Multirasa is still facing a problem of lacking raw material in potatoes and curly potatoes every year, which affects in sale loss. This study is conducted to find out the precise amount of order in every raw material purchase, so there is no lack of raw material, at a lower cost. This study uses the Economic Order Quantity (EOQ) method for analyzing raw material control for potatoes and curly potatoes. Comparing the uses of company policy and EOQ. EOQ analysis calculation followed by conducting safety stock (SS) analysis, maximum inventory (MI) analysis, Total Inventory Cost (TIC) analysis, and reorder point (ROP) analysis, therefore, optimal stock for the company can be discovered. The result of EOQ analysis showed that the EOQ method is more efficient than company policy with TIC average difference for potato's raw material that is Rp. 856.124 and curly potatoes raw material that is Rp. 1.065.989. The average EOQ value of potato's raw material is 344 kg while curly potatoes are 234 kg. Next is the average SS value for potato raw material is 75 kg ...
Recently, The industrial sector produces about half of the worlds total energy consumption. Manufacturing companies are required to reduce energy consumption. This article aims to develop a Hybrid Whale Optimization Algorithm (HWOA). We use the objective function of minimizing energy consumption. It solves the problem with permutation flow scheduling problems (PFSSP). Dependent sequence setup is a PFSSP problem with setups that depend on schedule sequence. We offer HWOA with local search strategies. The solution in each HWOA iteration is improved using flip and swap mutations. Furthermore, HWOA is compared with several algorithms. We use numerical experiments to show the performance of the proposed algorithm. Comparative analysis with several algorithms has previously been carried out with ten variations of PFSSP problems. Based on numerical experiments, HWOA proved to be competitive compared to other algorithms.
Business Health is a fundamental right of all individuals and all citizens
Pengembangan ekonomi kerakyatan merupakan strategi pembangunan yang menempatkan sector ekonomi rakyat sebagai sasaran utama pembangunan. Landasan ekonomi dalam negeri dengan sendirinya dapat terbangun dari perekonomian Indonesia akan mampu lebih mandiri, kokoh dan tidak tergantung dengan perekonomian luar negeri. Sesuai dengan pemikiran dan strategi di atas, maka arah kebijaksanaan ekonomi nasional perlu ditujukan pada sektor-sektor yang sarat dengan kepentingan rakyat, terkait dengan potensi dan kapasitas rakyat, serta sekaligus sesuai dengan sumber-sumber lokal sendiri yang tersedia. Dalam konteks ini sektor industri kecil merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dan merupakan salah satu langkah untuk membangun ekonomi kerakyatan. Industri pembuatan kerupuk merupakan salah satu produk unggulan di Sidoarjo yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini dimungkinkan karena pembuatan kerupuk berdasarkan identifikasi dan pemilihan Klaster pengembangan ekonomi lokal (KPEL) mempunyai peranan yang benar dalam menciptakan kesempatan kerja, mengentaskan kemiskinan, dan distribusi pendapatan. Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada matriks QSPM yang didasarkan pada tiga alternatif strategi yang muncul pada tahap pencocokan (matching stage) yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terletak pada strategi “meningkatkan kapasitas produksi“ yaitu sebesar 7,380. Strategi meningkatkan kapasitas produksi ini agar bisa mencukupi kebutuhan pasar yang mengalami peningkatan, serta bisa menjaga persaingan yang semakin ketat.
Recently, the problem of minimizing emission carbon in the industry has become a focus of much research. One of the efforts that were successfully carried out was managing the sustainable economics order quantity (SEOQ). However, several SEOQ had assumption such as (1) Transportation and warehouse costs are ignored, (2) Transportation emissions are avoided, and (3) warehouse Capacity Limit are ignored. In this paper, we developed the SEOQ model with warehouse costs and capacity limits. There are two proposed SEOQ models. Model 1 was the SEOQ model with Transportation and warehouse costs also emission carbon. At Model SEOQ 2, this model considered Transportation and warehouse costs, emission carbon, and capacity. We also proposed procedures to minimize total inventory costs. Finally, a numerical experiment was conducted to test the model. Based on numerical experiments, the proposed model useful to solve SEOQ problems with Transportation and warehouse also costs capacity limits.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.