Sistem budidaya ikan dalam karamba jaring apung (KJA) yang berkembang pesat saat ini disinyalir menjadi salah satu sumber pencemaran perairan waduk/danau. Sumber pencemar berasal dari sisa pakan yang terbuang, tak tercerna dan sisa metabolisme ikan. Pakan ikan mengandung fosfor, apabila terbuang dan terdekomposisi di perairan dapat menyebabkan eutrofikasi. Perlu menciptakansuatu teknologi budidaya ikan di perairan terbuka yang mampu menekan terbuangnya sisa pakan langsung ke perairan umum. Salah satu sistem budidaya yang dapat dikembangkan adalah dengan budidaya ikan dalam karamba jaring apung “Smart” yaitu KJA Sistem Manajemen Air dengan Resirkulasi dan Tanaman yang merupakan sistem akuaponik yang dimodifikasi dan diterapkan di perairan terbuka. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan informasi terkait dengan pengelolaan kualitas air melalui penerapan budidaya ikan dalam karamba jaring apung Smart. Data dan informasi diperoleh melalui kegiatan eksperimental maupun hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh,sistem KJA Smart mempunyai konstruksi semi tertutup sehingga sisa pakan dan eksresi ikan akan tertampung dan terendapkan di dasar kolam. Terdapat proses penyedotan sisa pakan kemudian pengaliran ke tanaman akuaponik dan pengembalian air ke kolam. Keunggulan KJA smart adalah: (i) seluruh proses dekomposisi terjadi di dalam kolam sehingga tidak mempengaruhi perairan terbuka; (ii) tanaman akuaponik berfungsi sebagai biofilter yang akan memanfaatkan hasil dekomposisi sisa pakan sebagai sumber nutrisinya yaitu nitrogen dan fosfor sebagai contoh efektivitas penurunan fosfat oleh kangkung mencapai 84% dan juga sebagai perangkap sedimen; dan(iii) menghasilkan tanaman akuaponik sebagai produk pangan organik. Kata kunci: sisa pakan, akuaponik, biofilter, KJA Smart
<p>Daerah Aliran Sungai (DAS) Poso yang terdiri atas sungai Poso dan anak sungainya yang mengalir dari Danau Poso sampai muaranya di Teluk Tomini dan sungai-sungai kecil di sekitar muara Poso merupakan kawasan ruaya ikan sidat. Penangkapan ikan sidat dewasa (induk) di Tentena dengan Wayamassapi (perangkap) dan penangkapan glass eel di muara Poso yang sangat intensif akan berpengaruh terhadap penurunan produksi dan potensi ikan sidat di DAS Poso. Pembangunan PLTA Sulewana yang membendung sungai Poso di Sulewana juga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi dan potensi ikan sidat karena pembendungan akan memutus ruaya ikan sidat. Selama periode tahun 2010-2012 anakan ikan sidat (glass eel) yang berruaya ke sungai Poso turun sekitar 10 juta ekor per tahun yaitu dari 36 juta ekor per tahun menjadi 35 juta ekor per tahun. Potensi induk sidat turun sekitar 3.000 ekor per tahun, yaitu dari 9.000 ekor menjadi 6.000 ekor per tahun. Dalam rangka konservasi dan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat, upaya yang perlu dilakukan adalah menetapkan sungai Pandiri dan Rawa Pandiri sebagai kawasan konservasi, melakukan restocking elver yang berukuran panjang lebih besar dari 15 cm di Danau Poso, membangun jalur ruaya sidat (eels ladder) di Sulewana, mengatur penangkapan sidat dewasa di Tentena dan menetapkan kuota penangkapan “glass eels” di Muara Sungai Poso.</p><p>Poso watershed composting of Poso River and its tributaries flowing the waters from Poso Lake to its mouth at Tomini Bay is one of migration habitat of tropical eels (<em>Anguilla</em> spp). Intensive exploitation of adult eels at outlet of the lake Poso at Tentena by using trap and glass eel at mouth of the Poso River has affected on the decreasing of the eels production. Damming of the Poso River at Sulewana has also affected the eels production sustainability due to barrier of the eels migration. During the period 2010-2012, the glass eels migration from the mouth of Poso River to the river decreased about 10 millions, from 36 millions to 35 millions individuals per year. The adult eels also decreased for about 3000 individuals, from 9000 individuals to 6000 individuals per year. In order to conserve and optimize the exploitation of the eels stock, some efforts, i.e., establishment of conservation area at Pandiri river and its swampy area, restocking of the elver with a total length more than 15 cm at Lake Poso, establishment of eels ladder at Sulewana, regulation of fishing for adult eels at Tentena and glass eels at mouth of the Poso River should be implemented.</p>
Ikan oskar (Amphilophus citrinellus) merupakan ikan asing di Waduk Ir. H. Djuanda yang saat ini merupakan ikan yang paling banyak tertangkap di waduk tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Oktober 2011–Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengetahui beberapa aspek yang berkaitan dengan pemijahan ikan oskar. Contoh ikan ditangkap menggunakan jaring insang. TKG diamati secara visual dan fekunditas dihitung menggunakan metode gravimetrik. Total ikan contoh yang tertangkap selama penelitian berjumlah 460 ekor yang berasal dari enam stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan panjang total dan bobot tubuh ikan berkisar antara 62–210 mm dan 4,81–187,18 gram. Rasio kelamin ikan seimbang. Ukuran ikan jantan dan betina terkecil yang ditemukan matang gonad adalah 125 mm dan 121 mm. Ikan yang matang gonad paling banyak ditemukan pada bulan Desember untuk ikan betina dan Januari untuk ikan jantan. Fekunditas total berkisar antara 729–3.299 butir. Ikan oskar merupakan ikan pemijah bertahap.
<p>Daerah Aliran Sungai (DAS) Poso merupakan salah satu daerah penangkapan ikan sidat, memiliki luas 1.101,87 km2 dan panjang ± 68,70 km. Ikan sidat di perairan Poso merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi (harga Rp.100.000,-/kg) dan menjadi primadona hasil tangkapan. Ikan sidat yang hidup di DAS Poso terdapat 5 jenis, yaitu A. marmorata, A. bicolor pasific, A. celebensis, A. borneensis dan A. interioris. Saat ini telah terjadi penurunan produksi induk maupun glass eel ikan sidat di DAS Poso disebabkan oleh penangkapan yang belum memperhatikan faktor kelestarian dan keberlajutannya seperti penangkapan yang berlangsung tidak hanya pada saat induk ikan sidat yang beruaya ke laut tapi juga glas eel yang menuju ke danau. Pembangunan PLTA pada alur Sungai Poso mengganggu ruaya ikan sidat yang mengakibatkan terputusnya ruaya ikan sidat dari dan ke Danau Poso yang berakibat hilangnya ikan sidat di Danau Poso. Berkaitan dengan permasalahan ini maka populasi sumberdaya ikan sidat perlu dijaga keberlanjutannya dengan cara mengintegrasikan aktivitas penangkapan dengan pembudidayaan, oleh karena itu diperlukan kebijakan yang menetapkan peraturan terkait dengan penangkapan yang menggunakan alat tangkap ramah lingkungan serta diintegrasikan dengan pembudidayaan. Kajian kebijakan ini bertujuan untuk merumuskan kebijakan tentang integrasi aktivitas penagkapan dengan pembudidayaan untuk berkelanjutan ikan sidat di DAS Poso.</p><p> </p><p>The watershed of Poso River is one of anguillid eel fishing areas. This watershed has an area of 1,101.87 km2 and length ± 68.70 miles. The anguillid eel is a commodity that has a high economic value (IDR 100,000 / kg) and has an excellent catches. There are 5 types of eels that live in the watershed of Poso, they are: A. marmorata, A. bicolor pacific, A. celebensis, A. borneensis and A. interioris. The decreased production of anguillid parent and glass eels in the watershed of Poso is a result from the capture that had not yet noticed the preservation and sustainability factors, such as the capture that took place not only at the time of sea migration phase (the parents), but also on the lake migration phase (the glass eels), as well as Poso river damming for hydropower purpose. The decrease in the production of glass eel and parent eels in the watershed of Poso is also caused by fishing activities that have not been integrated with cultivation. There is a need of a regulation for fishing by using environmentally friendly fishing gears as well as the integration with cultivation. This paper aims to formulate policy on integration of capture and cultivation for sustainable catch of anguillid eels in the watershed of Poso.</p>
ABSTRAKIkan manggabai (Glossogobius giuris) merupakan salah satu ikan Danau Limboto yang bernilai ekonomis penting dan sudah mengalami tingkat eksploitasi yang tinggi. Untuk pengelolaan populasi ikan secara berkelanjutan diperlukan banyak data yang antara lain mencakup aspek biologi jenis yang bersangkutan. Studi mengenai beberapa aspek biologi ikan manggabai di Danau Limboto telah dilakukan pada bulan Pebruari sampai Oktober 2008. Contoh ikan dikumpulkan dengan menggunakan jaring insang (gill net) dengan ukuran mata jaring 2,5 dan 3 inci, bunggo (trap) dan dudayahu (push net). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan manggabai merupakan ikan piscivora dengan makanan utama berupa ikan payangka (Ophiocara porocephala) dan tawes (Barbonimus gonionotus). Pola pertumbuhan ikan manggabai adalah alometrik (W = 0,013 L 2,7053 ) dengan fekunditas berkisar antara 18.578-335.034 butir serta diameter telurnya 0,33-0,83 mm dan indeks kematangan gonad 2,32-8,65%. KATA KUNCI: manggabai (Glossogobius giuris), kebiasaan makan, fekunditas, indeks kematangan gonad ABSTRACT:Some aspects of fish biology manggabai (Glossogobius giuris) in Lake Limboto, Gorontalo. By: Astri Suryandari and Krismono Study of some biological aspects of Glossogobius giuris was conducted in Lake Limboto
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.