<p>Local varieties of pigmented rice are highly valuable genetic resources as a functional food in the future. Pigmented rice contains anthocyanins which function as nutrient bioactive components, called antioxidants. The aim of this research was to characterize anthocyanin content on 27 accessions of pigmented local rice, 2 varieties of released red rice varieties (Aek Sibundong and Inpari<br />24), and 1 control varieties of white rice, Ciherang. The content of anthocyanin was analyzed by using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) with cyanidin-3-glucoside as a standard. The results showed that local rice Aen Metan and Melik had the highest anthocyanin content were reached 0.7953 mg/g and 0.7806 mg/g. These content were higher than 2 released red rice varieties, Aek Sibundong and Inpari 24 which had anthocyanin content reached 0.6496 mg/g and 0.4423 mg/g, respectively. Aen Metan and Melik were local black rice varieties and frequently have used as a parent in the breeding program. The white rice as control, Ciherang was showed the lowest anthocyanin content. Four pigmented local rice, Baliman Putih, Sari Kuning, Karamanting, and Iden had higher anthocyanin content than the two released red rice breeding varieties.</p>
<p>Indonesia memiliki sumber daya genetik ubi yang cukup beragam. Sekitar 2.500 aksesi yang mencakup setidaknya 8 jenis ubi di-konservasi di bank gen lapangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen). Tulisan ini memberikan pandangan mengenai pengelolaan koleksi sumber daya genetik aneka ubi yang dikoservasi di BB Biogen pada kurun waktu 2010–2019. Tulisan mencakup hambatan dalam pengelolaan, langkah-langkah yang telah ditempuh, dan langkah ke depan yang dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dalam kegiatan konservasi. Sumber data dukung utama diperoleh dari laporan tahunan kegiatan, sedangkan konsep dasar dan pedoman pengelolaan sumber daya genetik dari sumber terpercaya dijadikan sebagai acuan. Konservasi sumber daya genetik aneka ubi di BB Biogen mengalami berbagai kendala yang menyebabkan hilangnya sejumlah aksesi. Hambatan utama dalam pengelolaan aneka ubi di lapangan adalah kurang diprioritaskannya kegiatan konservasi. Beberapa pendekatan telah dilakukan untuk mengu-rangi terjadinya kehilangan aksesi, seperti pemindahan lokasi dan penggantian sistem tanam, dan perbaikan pengelolaan tenaga teknis lapangan. Pemindahan tanam dari pertanaman lapangan ke pertanaman di pot disertai penunjukan tenaga teknis khusus yang telah dilakukan terhadap enam komoditas ubi menunjukkan kondisi hasil pertanaman yang lebih baik dan berkurangnya kasus kehilangan aksesi. Upaya ini perlu diteruskan dan diterapkan untuk seluruh koleksi ubi. Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan, pendekatan proaktif pada aspek yang lain juga diperlukan. Pada aspek administrasi, sistem pengelolaan yang mandiri dengan dukungan kapasitas sumber daya manusia, fasilitas, dan pembiayaan yang memadai dibutuhkan untuk menjamin keber-langsungan kegiatan operasional bank gen. Pada aspek teknis, perlu dilakukan rasionalisasi aksesi, pembentukan koleksi inti, dan meningkatkan penyimpanan duplikat keamanan melalui konservasi berbasis in vitro.</p>
<p>Pemanfaatan plasma nutfah untuk mendapatkan klon-klon harapan baru pada anggrek Phalaenopsis, khususnya jenis multiflora dilakukan pada beberapa tahun terakhir. Salah satu cara pemanfaatannya ialah menggunakan plasma nutfah tersebut untuk bahan persilangan, sehingga mendapatkan keragaman genetik karakter anggrek Phalaenopsis. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui keragaan karakter kualitatif dan keragaman warna bunga hasil persilangan anggrek Phalaenopsis. Penelitian dilakukan mulai Bulan September 2005 sampai dengan Desember 2012 di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, dengan ketinggian 1.100 m dpl. Populasi F1 diperoleh dengan melakukan persilangan searah. Biji hasil silangan disebar pada media Vacin & Went (V&W) dan atau Knudson, selanjutnya protokorm yang terbentuk dijarangkan atau disubkultur pada media V&W dan setelah menjadi planlet disubkultur pada media V&W dengan tambahan pisang dan charcoal. Selanjutnya planlet diaklimatisasi pada media pakis cacah, dan bertahap diindividukan sampai menjadi tanaman dewasa. Pengamatan dilakukan terhadap umur panen buah, waktu terbentuk protokorm, waktu aklimatisasi, dan waktu berbunga pertama kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada umur panen buah, waktu terbentuknya protokorm, waktu aklimatisasi, dan waktu berbunga pertama kali. Diperoleh keragaman warna, corak, maupun tipe bunga pada persilangan anggrek Phalaenopsis. Implikasi hasil yang diperoleh dari persilangan ini ialah mendapatkan informasi selang waktu dalam setiap tahap persilangan, informasi tetua-tetua yang dapat disilangkan, dan meningkatkan keragaman anggrek Phalaenopsis yang dapat langsung dilepas karena keunggulan yang dimiliki, atau digunakan sebagai tetua untuk disilangkan lanjut atau disilang balik karena masih diperlukan ter-introgressi-nya karakter unggul yang diharapkan.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.