ABSTRAK Sejak tahun 2011 World Health Organisasi (WHO) dan Komite Pengedalian Resisten Antimikroba (KPRA) sejak 2015, untuk menetapkan kebijakan penggunaan antibiotik dengan menyusun formularium dan Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB). Penggunaan antibiotik berlebihan berkontribusi pada resistensi maka penelitian ini bertujuan, menganalisis besarnya perbedaan penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap bedah sebelum digunakan PPAB (Periode Mei 2018) dan setelah digunakan PPAB (Periode Mei 2019) dengan ATC / DDD (Defined Daily Dose). Jenis dan rancangan penelitian adalah deskriptif cross-sectional dengan data retrospektif. Data yang diambil meliputi peresepan antibiotik di ruang bedah. Data dianalisis dengan uji tanda (sign test) dan uji wilcoxon dengan hasil sign test yang bertanda negatif sebanyak 9 dan bertanda positif sebanyak 2 dan uji wilcoxon menyatakan Sig.(2-tailed 0,062) (α=0,05) artinya penggunaan antibiotik sebelum dan setelah digunakan PPAB tidak berbeda atau sama berdasarkan statistik. Tetapi dari persentasi penggunaan antibiotik terdapat 9 antibiotik yang penggunaannya menurun setelah digunakan PPAB seperti sefoperason 50%, seftriaxon 52%, sefuroxime 87%, sepirom 90%, siproflosasin 17%, gentamisin 99%, levofloxasin 60%, metronidazol 79% dan moxifloksasin 86%. Disimpulkan PPAB perlu ditingkatkan dalam penggunaan antibiotik di RSUD dr.H.Slamet Martodirdjo dan penggunaa seftriakson dapat meningkatkan multi drug resistant. Dengan demikian perlu adanya evaluasi dan monitoring dalam menerapkan PPAB. Kata kunci: ATC/DDD; Pasien Bedah; PPAB ABSTRACT Since 2011 the World Health Organization (WHO) and the National Antimicrobial Resistant Control Committee (KPRA) in indonesia since 2015, to establish antibiotic use policies by developing formularies and Antibiotic Use Guidelines (PPAB). Excessive use of antibiotics contributing to resistance, this study aims, analyzing the magnitude of differences in antibiotic use patients surgery before PPAB (May 2018 period) and after PPAB (May 2019 period) with ATC / DDD (Defined Daily Dose). Type and design of the study is descriptive cross-sectional with retrospective. Data taken included prescribing antibiotics. Data were analyzed by sign test and Wilcoxon test with 9 negative sign and 2 positive sign results and Wilcoxon test stated Sig. (2-tailed 0.062)> (α = 0.05), meaning that use of antibiotics before and after PPAB is not different or the same based on statistics. But from the percentage of antibiotic 9 decreased after PPAB, such as cefoperazone 50%, cefriaxone 52%, cefuroxime 87%, cefpirome 90%, ciprofloxacin 17%, gentamicin 99%, levofloxacin 60%, metronidazole 79% and moxifloxacin 86%. Concluded that PPAB needs to be improved in the use of antibiotics in RSUD dr.H. Islamet Martodirdjo and the use of ceftriaxone can increase multi drug resistant. Thus the need for evaluation and monitoring in implementing PPAB. Keywords: ATC/DDD; Surgical Patients; PPAB
Objectives The incision method operation with a high risk of infection in a clean and clean-contaminated operation requires the use of prophylactic antibiotics to minimize the risk of infection. This study was designed to analyze the effectiveness of prophylactic antibiotics in patients with digestive and oncology surgeries. Methods The statistical method used was chi-square to determine the risk factors for infection at surgical site infections (SSI) in patients with digestive and oncology surgeries. This study had received ethical approval from the Ethics Committee of Dr. H. Slamet Martodirdjo Hospital, Pamekasan. Results There were 67 patients consisted of 48 digestive surgeries (71.6%) and 19 oncology surgeries (28.4%). The criteria of observation on day 30 showed that as 1 (1.5%) SSI patient experienced purulence, inflammation, and erythema around the surgical wound so an analysis of p>0.05 was carried out so that there was no association with the incidence of SSI during hospitalization, but other factors originating from the patient, such as a lack of personal hygiene at home and lack of nutritious food intake was measured in temperature, pulse, respiration, and white blood cells examination before surgery and 24 h after surgery, all within normal ranges. The qualitative analysis of prophylactic antibiotics using the Gyssen method showed that 31 (46.3%) rationales needed an improvement process. Conclusions The widely used prophylactic antibiotics, namely cefazolin and cefuroxime are recommended antibiotics used in incision surgery and rationale used.
Resistensi antimikroba (AMR) merupakan masalah kesehatan yang mendunia. Resistensi tidak dapat dihilangkan namun dapat diperlambat dengan cara menggunakan antibiotika secara bijak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi resistensi antimikroba dengan melakukan evaluasi penggunaan antibiotika baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika pada pasien ilmu penyakit dalam RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan selama periode Januari-Maret 2019. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik (cross-sectional) dengan pengambilan data secara retrospektif serta jumlah sampel 482 pasien yang selanjutnya dianalisis menggunakan metode ATC dan DDD. Hasil penelitian menunjukkan nilai total DDD pemakaian antibiotika adalah 76,03/100 patient-days dengan total LOS pasien adalah 2270 hari. Penggunaan antibiotika tertinggi adalah ceftriaxone 37,56/100 patient-days, ciprofloxacin 25,78/100 patient-days, dan levofloxacin 6,05/100 patient-days. Golongan antibiotika yang masuk ke dalam segmen DU 90% yaitu ceftriaxone, ciprofloxacin, dan levofloxacin, sehingga harus dipantau penggunaannya karena berpotensi pada risiko resistensi. Kedepan perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait evaluasi kualitas penggunaan antibiotika, serta dilakukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan penggunaan antibiotika secara bijak dengan harapan dapat menekan angka resistensi antibiotika.
Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan isu besar dalam kesehatan masyarakat dan keamanan pasien. Penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia (AMRIN) menunjukkan sebanyak 42% penggunaan antibiotik terindikasi tidak tepat pada pasien bedah. Penggunaan antibiotik secara bijak merupakan solusi atas masalah resistensi antibiotik. World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan penggunaan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) untuk menilai kuantitas penggunaan antibiotik.. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik (crosssectional) dengan pengambilan data secara retrospektif pada pasien bedah RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan selama periode Januari-Maret 2020. Kriteria inklusi yaitu pasien rawat inap bedah yang menggunakan antibiotik. Kriteria eksklusi yaitu pasien yang menggunakan antibiotik sediaan topikal, pasien yang meninggal selama penelitian, dan pasien anak-anak (
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.