Latar Belakang: Stunting merupakan kegagalan tumbuh kembang anak yang diakibatkan kurangnya asupan zat gizi kronis dalam periode waktu yang panjang. Salah satu dari empat penyebab utama stunting adalah masalah penerapan pola asuh orang tua yang salah. Skor keragaman pangan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh balita. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi stunting di wilayah Kabupaten Lumajang sebesar 34,01%. Kejadian stunting tertinggi pada tahun 2019 dan 2020 berada di Wilayah Kerja Puskesmas Klakah. Tujuan: Menganalisis hubungan pola asuh pemberian makan dan skor keragaman pangan dengan kejadian stunting pada balita usia 24–59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klakah. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita berusia 24–59 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Klakah, Kecamatan Klakah dengan besar sampel sebanyak 43 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Variabel yang diteliti adalah pola asuh pemberian makan dan skor keragaman pangan. Pengambilan data menggunakan pengukuran antropometri, kuesioner pola asuh pemberian makan, dan kuesioner Individual Dietary Diversity Score (IDDS). Hasil: Pola asuh pemberian makan tidak berhubungan dengan kejadian stunting (p=0,127) dan skor keragaman pangan berhubungan dengan kejadian stunting (p=0,027; OR=5,143). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan kejadian stunting pada balita usia 24–59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klakah dan terdapat hubungan antara skor keragaman pangan dengan kejadian stunting pada balita usia 24–59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klakah.
Borax is still widely used for food in the community. Borax can attack mitochondria and cytoplasm where cellular energy metabolism occurs. The purpose of this study was to analyze the impact of borax on energy metabolism. Settings and Design of this study used Review article. The writing method was based on scientific phenomena that occurred in the research which was then analyzed deeply based on theories taken from the scientific literature. The Result of this study, Boron ions affect the activity of at least 26 different enzymes that are needed for energy metabolism. Boric acid as active substances of borax can form stable complexes with hydroxyl compounds from glucose, protein and fat which are the raw materials for energy metabolism, and inhibit nicotinamide adenine dinucleotide (NAD + ) activity which is a coenzyme in energy metabolism. Decrease in adenosine triphosphate (ATP) due to boric acid through the binding of NAD + and an increase in thermogenic protein pathways. The ATP reduction which disrupts ion pumps and accumulation of boron ions will damage the composition of ions in the cytoplasm where the process of glycolysis occurs. This ion pump disruption will also cause cell swelling, and disrupt the balance of ions which will lead to mitochondrial dysfunction and damage (the site of the Krebs cycle and oxidative phosphorylation). Conclusions of this study, Borax has a negative effect on energy metabolism, through the macronutrient, NAD + , enzymes, ATP, cytoplasm and mitochondria pathway.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase subtitusi tepung koro pedang pada pembuatan tiwul instan protein tinggi terhadap karakteristik fisik, kimia dan organoleptik tiwul instan dan menentukan persentase subtitusi tepung koro pedang yang tepat sehingga dihasilkan tiwul instan yang disukai. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal, yaitu persentase subtitusi tepung koro pedang pada pembuatan tiwul instan dan setiap perlakuan dalam penelitian diulang 3 (tiga) kali. Data pengamatan yang didapatkan dianalisis menggunakan uji keragaman (ANOVA) taraf kepercayaan 95% (α≤0,05) dan apabila ada perbedaan yang nyata antar perlakuan (α≤0,05) dilanjutkan dengan uji beda Duncan. Data uji organoleptik dianalisis menggunakan uji chi-square (α≤0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa peningkatan persentase subtitusi tepung koro pedang menyebabkan peningkatan daya rehidrasi, daya kembang dan kadar protein tiwul instan protein tinggi, namun menyebabkan penurunan terhadap densitas kamba, kecerahan warna dan kadar air tiwul instan protein tinggi yang dihasilkan. Uji organoleptik kesukaan panelis didapatkan persentase tertinggi pada perlakuan P3 (persentase subtitusi tepung koro pedang 30% ) dengan atribut memiliki daya rehidrasi 347%, densitas kamba 0,51 g/mL, daya kembang 35,14%, kecerahan warna 69,87, kadar air 6,05%, dan kadar protein 8,15%, serta persentase kesukaan warna, aroma, rasa, tekstur, dan kekenyalan berturut turut 56, 40, 62, 68, dan 64%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.