Latar Belakang: Prostitusi yang muncul bersamaan dengan industri besar menimbulkan masalah kesehatan, masalah sosial ekonomi, dan budaya. Artikel ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berkaitan dengan praktik prostitusi di Benjina dan mengeksplorasi potensi untuk mengendalikan dampak penyakit penularan melalui hubungan seks. Metode: Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan etnografi. Wawancara mendalam dan observasi partisipatif dilakukan terhadap 30 informan yang terkait langsung dengan praktik prostitusi di Benjina. Hasil: Tidak ditemukan lokalisasi di Benjina. Praktik pelacuran ditemukan sebagai hal yang biasa di tempat yang disebut rumah karaoke yang menyediakan peralatan menyanyi sederhana, minuman keras, dan layanan seksual. Ada 46 pekerja seks perempuan yang bekerja di 12 rumah karaoke. Faktor ekonomi ditemukan sebagai faktor dominan yang mendorong para pelaku pelacuran, di samping balas dendam. Ada beberapa kendala dalam menggunakan kondom dalam praktik pelacuran ini. Di antara mereka adalah bentuk fisiologi penis yang mengalami modifikasi, dan hubungan pekerja seks khusus dengan kekasih mereka. Ada potensi Sasi yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mengendalikan penyakit penularan melalui hubungan seks. Kesimpulan: Sasi sebagai hukum adat berpotensi menjadi hukum positif untuk menerapkan kondomisasi secara keseluruhan di Benjina. Kata kunci: Penyakit menular seksual, pelacuran, hukum adat, Sasi, adat istiadat. Abstract Background: Prostitution that appears together with massive industry raises health problems, socioeconomic problems, and culture. This article was intended to explore factors related to prostitution practices in Benjina and explore the potential for controlling the impact of sex transmission disease. Methods: This qualitative study was carried out with an ethnographic approach. In-depth interviews and participatory observation were carried out on 30 informants who were directly related to the practice of prostitution in Benjina. Results: No localization was found at Benjina. The practice of prostitution was found to be commonplace in a place called karaoke houses that provided simple singing equipment, liquor, and sexual services. There were 46 female sex workers who worked in 12 karaoke houses. Economic factors were found to be the dominant factor driving the perpetrators of prostitution, in addition to revenge. There are some obstacles to using condoms in this practice. Among them were the forms of penile physiology that experience modification, and the relationship of special sex workers with their lovers. There was a Sasi potential that can be used as an effort to control sex transmission disease. Conclusion: Sasi as a customary law has the potential to be a positive law to implement condomization as a whole in Benjina. Keywords: sexually transmitted disease, prostitution, customary law, Sasi, traditional customs.
Dalam Sekapur Sirih Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia Edisi Keenam, disebutkan bahwa bahasa adalah penjaga budaya, jika bahasa punah, maka budaya masyarakatnya pun bisa turut punah, itu karena bahasa menyimpan tata nilai budaya dalam berbagai wujud, yakni; kosakata, pantun, cerita rakyat, sejarah masyarakat setempat, mitos, legenda, tradisi lisan, dan ungkapan-ungkapan yang sarat dengan nilai etika serta moral (https://petabahasa.kemdikbud.go.id/sekapursirih.php). Indonesia sangat kaya bahasa daerah yang sarat dengan nilai-nilai budaya. Sayangnya, bahasa daerah di Indonesia sudah berada dalam posisi yang mengkhawatirkan dan hal itulah yang terjadi di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). MBD memiliki beragam bahasa daerah dan tradisi lisan, salah satunya berupa bahasa tua atau disebut juga dengan bahasa tanah. Kini, bahasa tersebut terancam punah karena semakin jarang dituturkan kecuali dalam ritual adat, dan karena jumlah penutur bahasa tanah semakin sedikit dengan usia yang terbilang tua. Mereka para penutur bahasa tanah adalah kaum marna (bangsawan) yang hanya diperkenankan mewariskan pengetahuan bahasa tanah tersebut kepada keturunan mereka yang juga berdarah marna. Ironisnya, proses pewarisan tersebut mandek, akibatnya, bahasa tanah semakin tersingkir. Oleh karenanya, pewarisan bahasa tanah harus segera diupayakan kembali, karena jika bahasa tanah punah, maka tata nilai serta budaya yang dikandungnya pasti turut punah. Artikel ini ditulis untuk memberi wawasan mengenai bahasa tanah yang ada di Maluku Barat Daya dan untuk mencaritahu apa upaya terbaik untuk menyelamatkannya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.