Abstract. In this paper we discuss a mathematical model of two parties technology transfer from a leader to a follower. The model is reconstructed via dynamical system approach from a known standard Raz and Assa model and we found some important conclusion which have not been discussed in the original model. The model assumes that in the absence of technology transfer from a leader to a follower, both the leader and the follower have a capability to grow independently with a known upper limit of the development. We obtain a rich mathematical structure of the steady state solution of the model. We discuss a special situation in which the upper limit of the technological development of the follower is higher than that of the leader, but the leader has started earlier than the follower in implementing the technology. In this case we show a paradox stating that the follower is unable to reach its original upper limit of the technological development could appear whenever the transfer rate is sufficiently high. We propose a new 'paradox-free' model to increase realism so that any technological transfer rate could only has a positive effect in accelerating the rate of growth of the follower in reaching its original upper limit of the development.Key words and Phrases: Dynamical system, technology transfer, knowledge management, logistic curve. Abstrak. Di dalam makalah ini dibahas sebuah model matematika mengenai transfer teknologi dari seorang individu atau suatu parti yang disebut leader kepada seorang individu atau suatu parti yang disebut follower. Model tersebut direkonstruksi melalui pendekatan sistem dinamik dari model standar Raz-Assa yang sudah dikenal. Hasil analisis model memperlihatkan sebuah sifat dari model hasil rekonstruksi yang tidak ada dalam bahasan model aslinya. Model Raz-Assa mengasumsikan bahwa ketika tidak ada transfer teknologi, masing-masing individu atau parti mempunyai kapasitas untuk berkembang secara independen menuju batas atas yang diketahui. Selain itu juga diperlihatkan sifat-sifat solusi setimbang dari model tersebut di atas. Kemudian juga dibahas situasi khusus di mana follower mempunyai batas atas perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan leader, namun terlambat dalam implementasi teknologi terkait dibandingkan dengan leader tersebut. Dalam situasi seperti ini akan diperlihatkan suatu paradox di mana follower tidak akan pernah mencapai batas atas kapasitasnya apabila laju transfer teknologi terlalu tinggi. Untuk mengatasi paradox ini sebuah model baru diperkenalkan, sehingga laju transfer teknologi selalu memberikan efek positif terhadap follower dalam hal pencapaian batas atas pengembangan teknologinya.