AbstrakRemaja rentan dengan perilaku yang berisiko sehingga perlu memiliki resiliensi atau kemampuan untuk menghadapi tantangan, perubahan, maupun situasi sulit yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan manusia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi remaja di Kota Bogor. Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dipilih secara purposive. Contoh dalam penelitian ini adalah 240 remaja dengan teknik pemilihan contoh secara dispropotional staratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada faktor protektif internal antara remaja yang bersekolah di SMA dengan di SMK. Dimensi self efficacy serta tujuan dan aspirasi pada remaja yang bersekolah di SMA memiliki capaian yang lebih tinggi daripada remaja yang bersekolah di SMK. Selain itu, pada faktor protektif eksternal juga ditemukan adanya perbedaan signifikan pada dimensi keluarga remaja yang bersekolah di SMA dengan yang bersekolah di SMK. Resiliensi remaja yang bersekolah di SMA lebih tinggi dari remaja yang bersekolah di SMK. Resiliensi remaja dipengaruhi secara signifikan oleh faktor protektif internal (empati, self awareness, serta tujuan dan aspirasi) maupun faktor protektif eksternal (keluarga, masyarakat, dan teman sebaya). AbstractAdolescents are vulnerable to risky behavior so adolescents must have resilience or ability to face challenging, changing, and difficult situations that are impossible to avoid in human life. This study aimed to analyze factors that influence adolescents' resilience in Bogor city. This study was conducted at Senior High School and Vocational High School that were purposively selected. Samples in this study were 240 adolescents, chosen by disproportional stratified random sampling. The results of this study showed that there is significant difference in internal protective factors between adolescents of senior high school and vocational high school. Adolescents of the senior high school had higher self-efficacy, goals, and aspiration than adolescents of vocational high school. Furthermore, the external protective factor of family dimension had significant difference between senior high school and vocational high school adolescents. Moreover, there was significant difference in self-acceptance dimension of resilience between senior high school and vocational high school adolescents. The resilience of adolescents was significantly affected by internal protective factors (empathy, self-awareness, goals, and aspiration) and external protective factors (family, society, and peer group).
Abstrak : Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan wanita tanpa adanya ikatan pernikahan. Perilaku seks bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya: dampak psikologis, fisiologis, sosial, dan fisik serta menyebabkan penyakit menular seksual pada remaja. Secara alami dorongan seks bebas pada remaja sangat besar diakibatkan oleh perubahan yang terjadi.Hasrat yang tidak terkendali menjadikan remaja terjerumus dalam prostitusi, hubungan seks bebas, hubungan seks pranikah, dan berbagai akibat negatif lainnya termasuk aborsi.Tujuan Penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang bahaya seks bebas terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Binsus 9 Manado.Desain Penelitian ini menggunakan desain Experimen Semu (Quasi Experimen) dengan pendekatan One group Pretest Posttest dimana dipilih kelompok intervensi kemudian dilakukan pre (sebelum) dan post (sebelum). Teknik pengambilanSampel menggunakan sampling Jenuh / Total Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 37 orang.Hasil uji statistikWilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan diperoleh p value 0,000 < 0,05. Kesimpulan yaitu terdapat Pengaruh Penyuluhan Tentang Bahaya Seks Bebas Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Di SMA Negeri Binsus 9. Kata Kunci: Bahaya seks bebas
Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok. Rokok merupakan salah satu bahan adiktif artinya dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya. Sifat adiktif rokok berasal dari nikotin yang dikandungnya. Setelah seseorang menghirup asap rokok, dalam 7 detik nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). Bahaya rokok sudah banyak diketahui, tetapi masih banyak remaja yang menjadi perokok aktif. Kebiasaan merokok umumnya dilakukan pada saat usia remaja, kebiasaan tersebut sebanyak 47% pada remaja usia 11-15 tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita (Caldwell, 2009).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.