Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana dampak dari metode intervensi dengan cara pemisahan dan penyatuan kembali anak sebagai korban tindak kekerasan Munchausen Syndrome by Proxy terhadap orangtua sebagai pelaku tindak kekerasan Munchausen Syndrome by Proxy. Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah 9 tokoh ahli dengan latar belakang berbeda dan beberapa jurnal penelitian terdahulu sebagai acuan materi penelitian. Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan menyeluruh baik dari pengumpulan data primer dan sekunder sehingga data-data tersebut dapat dikelompokkan atau disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan subjek penelitian dan hasil penelitian terdahulu dari jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi pemisahan masih menjadi salah satu metode intervensi yang digunakan untuk korban kekerasan pada anak. Namun, intervensi ini juga dapat menimbulkan luka psikologis yang mendalam pada anak akibat dipisahkan dari orangtuanya, dimana trauma dari pemisahan tersebut akan sangat berdampak terhadap perkambangan psikologi anak dalam hal kepercayaannya terhadap orang lain. Selain itu adanya penyatuan kembali masih sangat mungkin dilakukan, namun kemungkinan terulangnya tindak kekerasan juga cukup tinggi. Konseling lanjutan dan berkepanjangan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir dampak negatif tersebut, namun langkah lanjutan ini masih sulit untuk dilakukan terutama di Indonesia karena kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) dari Lembaga atau Instansi terkait.