wilayah pesisir yang banyak ditumbuhi tanaman nipah, sehingga menjadikannya sebagai salah satu kekayaan alam lokal yang potensial untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan tanaman ini telah dilakukan untuk bidang pangan, energi, sandang, farmasi, dan perabotan akan tetapi sebagai bahan pembuat anoda baterai lithium-ion masih baru diteliti. Studi mengenai baterai lithium-ion di Indonesia khususnya belum lama dimulai sehingga penelitian di bidang ini masih terbatas dan sedikit jumlahnya, namun pengembangan baterai lithium-ion telah menjadi salah satu prioritas riset bidang sumber energi baru terbarukan sebagaimana tertuang dalam masterplan riset nasional Indonesia (RIRN) periode tahun 2017 -2045. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti potensi kelayakan tempurung nipah sebagai bahan anoda baterai lithium-ion. Parameter uji kelayakan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi kadar air, kadar abu serta kemampuan adsorpsi yang dinyatakan dalam bilangan iodin dan methylene blue yang merupakan karakterisasi dasar untuk arang aktif yang mengacu pada SNI 06-3730-1995. Proses karbonisasi tempurung nipah dijalankan dengan adanya oksigen pada suhu hasil optimasi yakni sebesar 210 o C dengan variasi interval waktu 1 jam mulai dari 3 sampai 8 jam kemudian diikuti proses aktivasi menggunakan asam kuat yakni HCl dengan konsentrasi 2 M. Hasil eksperimen menunjukkan nilai rata-rata dari kadar air, kadar abu, bilangan iodin, dan methylene blue secara berturut-turut adalah 12,5%; 1,75%; 2515,9161 mg/g; dan 97% yang seluruhnya di atas nilai standar baku mutu sehingga kesimpulan dari penelitian ini adalah arang aktif dari tempurung nipah memiliki karakteristik dasar yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut termasuk sebagai bahan baku anoda baterai lithium-ion.