Conditions in the communities along the border are generally poor with a low level of welfare and living in isolated areas. One effort to improve the economy of the border area communities is through the empowerment of micro, small, and medium enterprises (SMEs). The presence of information technology (IT) to change the way in the business by providing new opportunities and challenges for the development of SMEs. The purpose of this study was to describe the use of IT in the development of SMEs. The method used in this study is a mixed methods of data collection and data analysis as well as a mix of quantitative and qualitative approaches through several phases of the research process. the results of this study, can generally be described that the use of IT among SMEs in Belu relatively popular in the community, both in terms of the ability of businesses to operate computers and in terms of accessing the internet. However, if viewed from the use of computers and the Internet to support the management or the management of their SMEs in general is still relatively low. The results also clearly illustrate that the issue of SMEs educational level is highly correlated with their ability to utilize IT as a means of supporting the management of SMEs.Kondisi masyarakat di sepanjang perbatasan umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan yang rendah dan tinggal di wilayah terisolir. Salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat wilayah perbatasan adalah melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hadirnya teknologi informasi (TI) mengubah cara dalam bisnis dengan memberikan peluang dan tantangan baru bagi pengembangan UMKM. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pemanfaatan TI dalam pengembangan UMKM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix method yaitu pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian. Hasil penelitian ini, secara umum dapat digambarkan bahwa penggunaan TI di kalangan pelaku UMKM di Kabupaten Belu relatif sudah memasyarakat, baik dalam hal kemampuan para pelaku usaha mengoperasikan komputer maupun dalam hal mengakses internet. Namun jika dilihat dari pemanfaatan komputer dan internet untuk mendukung pengelolaan atau manajemen UMKM mereka pada umumnya relatif masih rendah. Hasil penelitian ini juga sangat jelas menggambarkan bahwa persoalan tingkat pendidikan pelaku UMKM sangat berkorelasi dengan kemampuan mereka memanfaatkan TI sebagai sarana pendukung pengelolaan UMKM.
Hadirnya teknologi mengubah cara orang untuk berkomunikasi yang dulu hanya bisa bertatap muka secara langsung namun kini dapat pula berkomunikasi dengan perantara teknologi (computer-mediated communication). Perubahan ini salah satunya dapat dilihat dari pola komunikasi prostitusi yang memanfaatkan media sosial Twitter untuk berpromosi dan mencari pelanggan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi virtual. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi pelaku prostitusi online di Twitter cenderung satu arah yang terjadi pada level meso. Tweet yang diunggah kebanyakan hanya promosi terkait jasa yang ditawarkan. Komunikasi level meso ini bercampur pula dengan komunikasi level makro dengan menampilkan hastag atau tagar (tanda pagar) untuk mempermudah pencarian oleh calon pelanggannya. Tidak banyak komunikasi pada level mikro karena hubungan antara follower dan followee prostitusi online tidak begitu intim karena hanya terkait dengan bisnis.
Hadirnya teknologi mengubah cara orang untuk berkomunikasi yang dulu hanya bisa bertatap muka secara langsung namun kini dapat pula berkomunikasi dengan perantara teknologi (computer-mediated communication). Perubahan ini salah satunya dapat dilihat dari pola komunikasi prostitusi yang memanfaatkan media sosial Twitter untuk berpromosi dan mencari pelanggan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi virtual. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi pelaku prostitusi online di Twitter cenderung satu arah yang terjadi pada level meso. Tweet yang diunggah kebanyakan hanya promosi terkait jasa yang ditawarkan. Komunikasi level meso ini bercampur pula dengan komunikasi level makro dengan menampilkan hastag atau tagar (tanda pagar) untuk mempermudah pencarian oleh calon pelanggannya. Tidak banyak komunikasi pada level mikro karena hubungan antara follower dan followee prostitusi online tidak begitu intim karena hanya terkait dengan bisnis.
This study measures the success of the COVID-19 Handling Information System in carrying out the government's online public relations function to Makassar City community. Measurements were made through community assessments obtained from questionnaires distributed online through social media and conversation applications. The questionnaire was prepared based on the government's public relations function. There were 170 people who participated in this study. Results of the study indicated that the implementation of the government public relations function on infocorona.makassar.go.id was categorised "quite successful" with a success value of 2.86.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.