Abstract:A Research was conducted to identify students' misconceptions of class XI Science at SMAN 7Banjarmasin on reaction rate material. The study aims to determine (1)
Menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan berwawasan lingkungan lahan basah merupakan visi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Mewujudkan visi tersebut, pembelajaran yang dilakukan mengacu pada pembangunan pemahaman mahasiswa terhadap lingkungan lahan basah. Kimia Lingkungan merupakan mata kuliah yang bersentuhan langsung dengan lingkungan lahan basah. Sehingga diperlukan pengembangan modul pembelajaran Kimia Lingkungan yang berdasarkan lingkungan lahan basah. Modul dikembangkan menggunakan desain penelitian R & D dengan model pengembangan 4-D. Subjek penelitian adalah mahasiswa pada mata kuliah Kimia Lingkungan Lahan Basah. Data yang dihasilkan berupa data validitas, keterbacaan, dan efektivitas modul serta respon siswa. Kelayakan modul pembelajaran PBL berbasis lingkungan lahan basah berada pada kategori “baik” dengan skor rata-rata 3,25. Uji keterbacaan perorangan dan kelompok kecil memiliki skor rata-rata masing–masing 3,0 dan berada pada kategori “baik”. Efektivitas modul terlihat dari hasil belajar mahasiswa pada uji perorangan dan uji kelompok kecil dengan nilai masing-masing 93,8 dengan N-gain 0,9 dan 92,6 dengan N-gain 0,9. Mahasiswa memberikan respon “baik” dengan persentase 78,33% untuk respon perorangan dan 71,67% untuk uji kelompok kecil. Hasil ini menunjukkan bahwa modul pembelajaran problem-based learning (PBL) berbasis lingkungan lahan basah dinyatakan layak dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Kimia Lingkungan Lahan Basah. Problem-based learning module based on wetland to prepare teachers candidate with wetland environmental insight AbstractGraduating teachers and educational staff with wetland environmental insight is the vision of Faculty of Teacher Training and Education Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Realizing this vision, the learning carried out refers to building students' understanding of the wetland environment. Environmental Chemistry is a course that directly contacts with the wetland environment. Therefore, it is necessary to develop a module on Environmental Chemistry based on wetland environments. The module was developed using R & D research design with 4-D development model. The research subjects were students in Environmental Chemistry course. The data generated in the form of validity, readability and effectiveness of a module. The validity of the problem-based learning module based on wetland is in "good" category with average score 3,25. Individual and small group readability tests have an average score, respectively 3.0 and in "good" category. The effectiveness of the module can be seen from student learning achievement in individual and small group tests, respectively 93,8 with N-gain 0,9 and 92,6 with N-gain 0,9. The students give a "good" response with 78,33% for individual and 71,67% for small group responses. This results show that problem-based learning (PBL) module based on wetland environment is declared valid and effective to use in Environmental Chemistry learning.
Difficulties in learning chemistry for this still dwell on the difficulty in delivering of
Penelitian ini dilakukan untuk mengalalisis metode pembelajaran yang tepat pada materi Hidrokarbon siswa kelas X di SMAN 1 Sungai Tabuk tentang penerapan pola pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terkait dengan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan siswa dalam berpikir kritis saat belajar dengan menggunakan pola pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan siswa belajar hanya dengan menggunakan cara konvensional, (2) untuk mengetahi hasil belajar siswa yang telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan pada siswa yang belajar hanya dengan pembelajaran model konvensional. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji-t dengan analisis N-gain. Berdasarkan hasil dari penelitian ini didapatka kesimpulan (1) adanya perbedaan pada kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan dengan yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran konvensional, (2) adanya perbedaan antara hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan siswa yang belajar menggunakan model konvensional.
Competition in the field of education globally is increasingly competitive, but it has not been directly proportional to the development of education in several regions in Indonesia. Students still have difficulty in critical thinking, including the concept of classification of living things, because the teaching materials used are not fully related to the experience and environment of students. This study aims to develop teaching materials for the concept of classification of living things based on local potential. The development is carried out using Tessmer's formative model which includes five stages; 1) self-evaluation (self-evaluation); 2) expert opinion (expert review); 3) Individual trial (one to one); 4) small group trial; and 5) field test. The results showed that by developing a prototype of contextual teaching materials based on local advantages, it was able to increase students' interest, activity, and thinking skills which could be measured by increasing their learning outcomes.Abstrak Persaingan di bidang pendidikan secara global semakin kompetitif, namun belum berbanding lurus dengan perkembangan pendidikan di beberapa daerah di Indonesia. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam berpikir kritis, diantaranya pada konsep klasifikasi makhluk hidup, karena bahan ajar yang digunakan belum sepenuhnya berkaitan dengan pengalaman dan lingkungan hidup peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengambangan bahan ajar konsep klasifikasi makhluk hidup berbasis potensi lokal. Pengembangan dilakukan dengan menggunakan model formatif Tessmer yang meliputi lima tahapan; 1) evaluasi diri (self-evaluation); 2) pendapat pakar (expert review); 3) Uji coba perorangan (one to one); 4) uji coba kelompok kecil (small group); dan 5) uji lapangan (field test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dilakukan pengembangan prototype bahan ajar kontekstual berbasis keunggulan lokal mampu meningkatkan minat, aktivitas, dan kemampuan berpikir siswa yang dapat diukur diantaranya dengan meningkatnya hasil belajarnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.