Salah satu penyumbang penganguran adalah dari Warga Binaan Permasyarakatan (WBP) Rutan Kelas II Buntok. Sejalan dengan fungsi RUTAN menyiapkan WBP untuk dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab, yaitu melalui pembinaan dan  pelatihan keterampilan kepada WBP. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada WBP sebagai tukang kayu yang banyak dibutuhkan di sektor usaha konstruksi khususnya di kabupaten Barito Selatan. Pelatihan ini menggunakan metode Direct-Counter Apart Training (D-CAT) yaitu model pelatihan dengan dasar asumsi adalah keterbatasan waktu dan keterpaduan (togetherness) di sebabkan covid-19 dan status penghuni WBP yang memiliki waktu terbatas untuk keluar ruangan dan dalam kelompok. Hasil yang diharapkan WBP dapat memiliki dan meningkatkan keterampilan diri dan siap untuk terjun ke dunia kerja khususnya di bidang konstruksi kayu.

Urban planning in third-world development cannot only refer to its outward appearance. The lack of urban physiognomy caused many problems regarding ineffective planning policies. Palangka Raya is the only capital city in Indonesia where President Sukarno inaugurated it in 1957. Then Tjilik Riwut, the first governor of Central Kalimantan province, who was also a Dayak ethnic leader, proposed Palangka Raya to be the capital of Indonesia at a National Council meeting in 1958, replacing Jakarta. President Sukarno, who chaired the meeting, agreed to further research on the idea. However, the emergence of Palangka Raya in 1957 and the initiation of the Trans Kalimantan National Road project in the 1990s have changed the spatial patterns of ancient Dayak cities that believed in rivers. This qualitative research investigates vernacular settlement planning in Central Kalimantan, collecting data related to photographs, drawings, sketches, and documents from the Tjilik Riwut Museum. Through social construction, this study narrates the meanings that arise in social relations, both individuals and groups. So far, the study of urban analysis using physiognomy is still lacking in depth and limited to persona and gestures. This paper is about the non-existent planning policies, looking at shadow aspects and subjectivity.