Xerostomia merupakan kondisi klinis pasien berupa mulut kering yang dapat meningkakan pertumbuhan jamur Candida albicans penyebab kandidiasis. Penanganan pasien xerostomia dapat dilakukakan dengan pemberian saliva buatan. Lendir lele memiliki karakristik dan kemampuan dalam mengganti fungsi saliva sekaligus sebagai antijamur Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lendir lele (Clarias batrachus) sebagai saliva buatan untuk perawatan mulut kering. Lendir lele (Clarias batrachus) diekstraksi kemudian diformulasikan menjadi saliva buatan dengan konsentrasi 13,2%, 14,4%, dan 17,2%. Pengujian dilakukan dengan mengukur tegangan permukaan menggunakan indikator besarnya sudut kontak tiap tetesan pada glass slide, mengukur derajat keasaman saliva buatan dengan pH meter, serta uji daya hambat pertumbuhan Candida albicans dengan metode disc-diffusion. Data kemudian dianalisis menggunakan uji ANOVA satu jalur dan LSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji ANOVA menunjukkan perbedaan sudut kontak antara saliva buatan 13,2%, 14,4% dan 17,2% pada glass slide dengan saliva alami dan kontrol positif (p<0.05), Perbedaan daya hambat terhadap koloni Candida albicans signifikan antara saliva buatan dengan kontrol positif dan saliva alami (p<0.05). Berdasarkan uji pH, terdapat perbedaan signifikan ketiga konsentrasi saliva buatan (13,2; 14,4; 17,2%) dengan saliva alami dan kontrol positif. Lendir lele berpotensi sebagai bahan pembuatan saliva buatan dan dapat berfungsi sebagai anti-jamur (Candida albicans).
Xerostomia merupakan keluhan subyektif mulut kering yang sering berhubungan dengan adanya penurunan fungsi kelenjar saliva. Penanganan pasien xerostomia dapat dilakukan dengan pemberian saliva buatan. Mukus lele memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menggantikan fungsi saliva, sehingga dengan konsentrasi yang tepat mampu berperan sebagai lubrikan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kemampuan pembasahan antara saliva manusia dengan saliva buatan yang mengandung mukus lele (Clarias batrachus) pada permukaan hidrofobik. Mukus lele (Clarias batrachus) diekstraksi kemudian diformulasikan menjadi saliva buatan dengan menambahkan 0,1% methylparaben, 0,05% EDTA, 4,69% dekstrosa, dan aqua pro-injection. Pengujian dilakukan dengan mengukur kemampuan pembasahan saliva buatan menggunakan indikator besarnya sudut kontak sampel pada permukaan hidrofobik selama 5 menit. Data yang digunakan merupakan rerata nilai sudut kontak pada kedua sisi tetesan di menit ke-0, 0,5, 1, 1,5, 2, dan 5 yang dianalisis menggunakan aplikasi ImageJ. Hasil independent sample t-test menunjukkan sudut kontak saliva buatan mukus lele lebih kecil daripada saliva manusia (p<0,05) pada pengamatan menit ke-0, 0,5, 1, 1,5, 2, dan 5. Kemampuan pembasahan saliva buatan mukus lele memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan saliva manusia, sehingga saliva buatan ini memberikan fungsi lubrikatif dan protektif yang tidak terlalu menyerupai saliva manusia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.