Cleft lip and palate review: Epidemiology, risk factors, quality of life, and importance of classifications

Abstract

Bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing langit-langit adalah cacat bawaan kraniofasial yang paling banyak ditemttkan. Penl,ebobnya komplel<s dan melibalkan banyakfahor genetik dan lingkungan. Cacat bawaan ini dapat menyebabkan banyak morbidilas, serla beban ekonomi yang berat; karena pasien sumbing membutuhkan intervensi medis selidaknya selama l8 tahun pertama yang mencakup beberapa aspek kehidupan pasien. Derajat dan kompleksitas sumbing sangat bervariasi, yang nantinya akan menentukan tatalaksana dan ho:;il akhir rekonstruksi untuktiap individu. Identfikasi dan klasifkasi sangat berperan dalam penilaian awal kasus sumbing yang masing-mo'sing unik, selanjutnya menjadi panduan untuk pemilihan metode yang lepat untuk mengoreksi dekk. Beberapa klasifkasi yang ada dapat mengukur derajat keberhasilan rekonstruksi setelah operasi. Upaya yang telah dilakukan dan tantangan untuk dapat memformulasikan suatu klasifkasi yang ideal dan mencakup semua jenis sumbing ditelaah dalam tulisan ini.

Utilization of cleft lip and palate postoperative care guidebook for caregivers based on local wisdom for rural area communities

“…Clefts are formed when the right and left side of lip or palate do not fuse completely during fetal growth, causing a gap in between. [1] Worldwide, oral clefts in any form occur in approximately one in every 700 live births, despite the variability driven by socioeconomic status and ethnic background. [2] Indonesia, as a developing country, is presumed to have a high incidence of CLP.…”