Community-acquired pneumonia (CAP) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Antibiotik merupakan salah satu terapi esensial pada CAP yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik merupakan salah satu titik kritis dalam pengobatan infeksi, dimana penggunaan antibiotik yang tidak tepat rentan terhadap terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien CAP dan untuk melihat hubungan antara ketepatan penggunaan antibiotik dan penggunaan antibiotik tunggal/ kombinasi dengan perpanjangan rawat inap di salah satu rumah sakit umum di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif di salah satu rumah sakit umum di Bali dengan teknik total sampling. Evaluasi kualitas penggunaan antibiotik dilakukan menggunakan algoritma Gyssens. Hubungan antara ketepatan penggunaan antibiotik dan jenis antibiotik (tunggal/kombinasi) dengan perpanjangan rawat inap dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dengan interval kepercayaan 95%. Terdapat 151 pasien CAP menjadi sampel dalam penelitian ini yang terdiri atas laki-laki 55,63% dan perempuan sebanyak 44,37% dengan median usia 60 tahun (18-89). Sebanyak 17,88% penggunaan antibiotik tepat menurut algoritma gyssens, sedangkan sebanyak 82,18% penggunaan antibiotik tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat masuk dalam kategori IIA (tidak tepat dosis) sebanyak 3,97%, kategori IIIB (interval penggunaan tidak tepat) sebanyak 4,64%, kategori IVC (ada alternatif antibiotik yang lebih murah sebanyak 41,72% dan kategori V (tidak sesuai indikasi) sebanyak 37,79%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketepatan penggunaan antibiotik dengan perpanjangan LOS [p>0,05; OR: 1,132 (CI: 0,466-2,746)] namun penggunaan antibiotik (tunggal atau kombinasi) berpengaruh signifikan pada perpanjangan LOS [p<0.05; OR: 0,027 (CI: 0,004-0,204)].