Effect of temperature on bioleaching of iron impurities from kaolin by<i>Aspergillus niger</i>fungal

Hajihoseini, Jalal; Fakharpour, Mahsa

doi:10.1080/21870764.2019.1571152

Cited by 11 publications

(2 citation statements)

References 26 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Pemisahan dengan agen biologis, yang disebut juga sebagai mineral bio-beneficiation, menyediakan alternatif ramah lingkungan untuk proses penghilangan besi oksihidroksida dari kaolin 18) . Sebagai contoh, penggunaan fungi Aspergillus niger telah diteliti dan mampu memberikan 47,7% penghilangan besi pada temperatur 25°C dan 38,8% pada 30°C 19) . Pada dasarnya, A. niger untuk pemutihan kaolin berperan sebagai penghasil asam oksalat yang mampu mengendapkan ion besi terlarut menjadi besi (II) oksalat dihidrat yang juga dapat diproses lebih lanjut untuk produkproduk lainnya 20) .…”

Section: Casi3o8 + H2o + Co→ Al2o3 2sio2h2o + 4sio+ K2co3unclassified

Proses Pemutihan Kaolin Cicalengka Untuk Pelapis Kertas

Aliwarga

2023

Majalah Ilmiah Pengkajian Industri

View full text Add to dashboard Cite

Rata-rata bahan baku kaolin di Indonesia masih mempunyai derajat keputihan yang rendah padahal kaolin harus mempunyai derajat keputihan yang tinggi (83%) untuk dapat digunakan sebagai pelapis dalam industri kertas. Untuk meningkatkan derajat keputihan dari bahan baku kaolin tersebut, proses pemutihan perlu dilakukan. Proses pemutihan kaolin telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan pemutih yang berbeda-beda. Warna kuning kecokelatan pada kaolin yang menurunkan derajat keputihan kaolin disebabkan oleh kandungan besi (III) oksida dalam kaolin. Pada proses pemutihan, terjadi reduksi besi (III) oksida menjadi besi (II) oksida yang lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah dipisahkan dari padatan kaolin. Pada penelitian ini, pemutihan kaolin menggunakan Na2S2O4 dan EDTA sebagai pemutih. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel operasi yaitu pH dan temperatur terhadap derajat keputihan kaolin pada proses pemutihan menggunakan kedua pemutih tersebut. Hasil percobaan menunjukkan proses pemutihan menggunakan Na2S2O4 dan EDTA dapat meningkatkan derajat keputihan kaolin sehingga memenuhi spesifikasi untuk pelapis kertas pada beberapa kondisi operasi. Proses pemutihan berhasil meningkatkan derajat keputihan kaolin hingga mencapai 85,54% pada pH 12 dan temperatur 70oC.

show abstract

Section: Casi3o8 + H2o + Co→ Al2o3 2sio2h2o + 4sio+ K2co3unclassified

Proses Pemutihan Kaolin Cicalengka Untuk Pelapis Kertas

Aliwarga

2023

Majalah Ilmiah Pengkajian Industri

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…After 28 days at 30°C, 33.8% of the iron in kaolin had been removed. As a result, a temperature of 25°C produces better outcomes than a temperature of 30°C [62].…”

Section: Temperaturementioning

confidence: 99%

A microbial technology approach using bioleaching for low grade metals extraction - a review

Sani

Haris

2022

IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci.

View full text Add to dashboard Cite

Bioleaching is a promising technological advancement of metal refinement which arises from the application of beneficial microorganism. Low grade ores and electronic waste (e-waste) that contains significant amounts of “critical metals” such as the rare earth elements (REE) are commonly discarded in waste heaps which causes major pollution. The over mining of the primary resources of REE is becoming a major concern considering its limited supply and increasing demand. Bioleaching application is able to provide not only a simpler method of metal leaching but are also cost-effective in comparison to chemical leaching and thermo-hydrometallurgy. By applying bioleaching in major e-waste treatments, we can extract back significant amounts of REE with lower cost and better environmental impacts. This review provides studies which discuss the backgrounds of bioleaching, its methods and mechanisms, direct comparison of chemical leaching, pyrometallurgy, hydrometallurgy and bioleaching in terms of its economic and environmental aspect and lastly its future in the mining industry in Malaysia.

show abstract