2019 International Seminar on Intelligent Technology and Its Applications (ISITIA) 2019
DOI: 10.1109/isitia.2019.8937142
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Fuzzy Logic-Based Wet Scrubber to Control Air Pollutant

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
1

Relationship

1
0

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(2 citation statements)
references
References 15 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Peningkatan aktifitas geokimia memiliki potensi yang relevan sehubungan dengan letusan, karena gas yang dilepaskan akibat depressurisasi progresif magma mencapai permukaan sebelum keluarnya magma induk [1]. Dalam fumarol kawah temperatur tinggi atau dalam gumpalan gas vulkanik, emisi gas paling sering ditemukan adalah komposisi gas H2O-CO2, SO2-CO2, dan SO2-HCl, gas lain yang sering tercatat meskipun dengan konsentrasi lebih rendah terdiri dari CO 2 , H 2 S, N 2 , gas mulia (seperti He, Ar, Rn), H 2 , CH 4 , CO dan gas-gas lain [2][3] [4]. Emisi gas ini menandai adanya anomali termal bawah permukaan dan/atau aktifitas patahan, di mana gunung berapi berstatus aktif normal, umumnya dipantau dengan mengukur konsentrasi gas yang berdifusi dari dalam tanah.…”
unclassified
See 1 more Smart Citation
“…Peningkatan aktifitas geokimia memiliki potensi yang relevan sehubungan dengan letusan, karena gas yang dilepaskan akibat depressurisasi progresif magma mencapai permukaan sebelum keluarnya magma induk [1]. Dalam fumarol kawah temperatur tinggi atau dalam gumpalan gas vulkanik, emisi gas paling sering ditemukan adalah komposisi gas H2O-CO2, SO2-CO2, dan SO2-HCl, gas lain yang sering tercatat meskipun dengan konsentrasi lebih rendah terdiri dari CO 2 , H 2 S, N 2 , gas mulia (seperti He, Ar, Rn), H 2 , CH 4 , CO dan gas-gas lain [2][3] [4]. Emisi gas ini menandai adanya anomali termal bawah permukaan dan/atau aktifitas patahan, di mana gunung berapi berstatus aktif normal, umumnya dipantau dengan mengukur konsentrasi gas yang berdifusi dari dalam tanah.…”
unclassified
“…Sensitifitas sensor terhadap gas CO, H 2 S, dan SO 2 dapat digunakan pada sistem mitigasi bencana gas beracun yang dihasilkan oleh aktivitas gunung berapi. Kekurangan sensor TGS-2201 adalah pengukuran konsentrasi gas secara logaritmik dalam PPM [7][8] [4], sehingga mikrokontroller Arduino yang hanya memiliki resolusi ADC internal 10 bit pada arsitektur ATMega328P, akan mengalami pergeseran dan bahkan kesalahan pengukuran konsentrasi gas yang disebabkan terbatasnya akurasi ADC [9]. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan modul ADC 16 bit yang dibangun berdasarkan arsitektur ADS1115, yang akan meningkatkan akurasi pengukuran hingga 76.29 µVolt/bit [10] dibandingkan ADC ATMega328P yang hanya memiliki akurasi 4.88 mVolt/bit.…”
unclassified