Latar Belakang: Stunting didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak disebabkan karena kurang gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikologis yang kurang. Dampak jangka pendek yang disebabkan oleh stunting dapat berupa gangguan terhadap pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, serta metabolisme tubuh, sedangkan dampak jangka panjang yang dapat terjadi akibat stunting adalah menurunnya performa belajar, produktivitas, dan kapasitas kerja. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga dan kerawanan pangan balita berkaitan erat dengan kejadian stunting pada balita.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan ketahanan pangan rumah tangga dan keragaman pangan balita dengan kejadian stunting balita usia 24-59 bulan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain case control dengan sampel sebanyak 28 balita untuk masing-masing kelompok (kasus dan kontrol). Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sambeng. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik balita, karakteristik orang tua, ketahanan pangan rumah tangga, dan keragaman pangan balita melalui pengukuran secara langsung dan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis statistik dilakukan dengan cara Uji Chi-square dan Korelasi Spearman
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok stunting sebagian besar termasuk rawan pangan dengan kelaparan sedang (53,6%) dan konsumsi pangan tidak beragam (64,3%). Uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketahanan pangan rumah tangga (p=0,001), keragaman pangan balita (p=0,016).
Kesimpulan: Ketahanan pangan rumah tangga dan keragaman pangan balita berhubungan dengan kejadian stunting. Kondisi rawan pangan dalam rumah tangga meningkatkan kejadian stunting pada balita.