Improved Outcomes With an Enhanced Recovery Approach to Cesarean Delivery

Abstract

influenced the conclusions. Given the constituents of the metaanalysis, it is certainly difficult for obstetricians to have a clear view. Looking at the study data, all trends of obstetrical outcomes indeed favor delayed pushing although differences are no longer significant. Given the increased risk of chorioamnionitis (and the absence of effect on the rate of spontaneous delivery), it seems likely that obstetricians would modify their practice and use more frequently early pushing at the start of the second stage. I suspect however that given the "grey zone" results seen here, obstetricians will not frankly adopt this attitude and will continue using delayed pushing, at least for specific cases and particularly in patients with the fetus positioned at a high station.What does this mean for anesthesiologists and is there any consequence for our practice? The simple answer is no as in all cases, the anesthesiologist working in obstetrics has the duty to provide effective analgesia, all along the duration of labor, whatever the underlying obstetrical management. It is however common to observe that patients who are receiving neuraxial analgesia do not feel any urge to push. This means that pushing must then be directed by the obstetrician or the midwife.

Enhanced Recovery After Cesarean Surgery (ERACS): Analisis Berbasis Bukti

“…Umumnya, kombinasi pengobatan lebih baik daripada obat tunggal untuk IONV serta PONV dini. 8,9 Pencegahan hipotermia Hipotermia perioperatif (suhu inti <36°C) dapat terjadi dengan cepat setelah anestesi spinal selama seksio sesarea dan termoregulasi akan berubah selama beberapa jam. Pada populasi umum, hipotermia perioperatif dikaitkan dengan luaran yang buruk termasuk infeksi, iskemia miokard, koagulopati, menggigil, metabolisme obat berkurang, LOS berkepanjangan, dan kepuasan pasien berkurang.…”

“…Pemanasan aktif (cairan IV dikombinasikan dengan pemanasan udara paksa) dapat secara efektif mengurangi pasien mengalami hipotermia dan menggigil perioperatif, meningkatkan kenyamanan suhu ibu, memfasilitasi ikatan ibu dan anak, serta waktu PACU yang lebih cepat. 8 Manajemen nyeri perioperatif multimodal Kontrol nyeri perioperatif merupakan komponen penting dari protokol ERACS, karena nyeri skala tinggi akan menyulitkan ibu untuk merawat bayi, menunda mobilisasi dini, dan menyebabkan kecemasan dan depresi. Manajemen nyeri perioperatif multimodal termasuk berbagai teknik dan obat-obatan yang harus digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, meningkatkan pemulihan, dan mengurangi penggunaan opioid.…”

“…Bukti menunjukkan bahwa sekitar 50% wanita mengalami depresi pernapasan ringan setelah diberikan morfin neuraksial. 8 Baru-baru ini, komite medis mengembangkan pernyataan konsensus untuk mempromosikan stratifikasi risiko pasien dan pemantauan pernapasan pasien setelah pemberian morfin neuraksial. Opioid juga dapat diberikan secara intravena atau intramuskular.…”

“…Anestesi spinal berulang setelah konversi gagal dapat menyebabkan blokade tingkat tinggi dan hipotensi. 8 Konversi yang tidak direncanakan ke anestesi umum dikaitkan dengan risiko tinggi aspirasi ibu, manajemen jalan napas yang gagal, perdarahan ibu, dan pengembangan pernapasan neonatus yang terlambat. Jadi, konversi yang andal, aman, dan tepat waktu sangat penting.…”

“…Bukti telah menunjukkan bahwa protokol ERACS dapat membantu mengurangi LOS (P < 0,001) dan menurunkan total biaya pascaoperasi per pasien secara keseluruhan (P < 0,001). 8 ERACS juga dapat mencegah lebih dari 60% mortalitas terkait kehamilan. Dengan melibatkan multidisiplin, tujuan ERACS dapat tercapai dan dapat mengurangi risiko morbiditas, mortalitas dan komplikasi pada pasien.…”