"Lipstick Girls" and "Fallen Women": AIDS and Conspiratorial Thinking in Papua, Indonesia

Butt, Leslie

doi:10.1525/can.2005.20.3.412

Cited by 122 publications

(51 citation statements)

References 46 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Tribal locals use conspiracy theories to supplement, replace, and challenge the information received from 'above' by providing other explanations (Butt 2005;Gilley and Keesee 2007;Keeley 1999). Received information, emanating from political struggles between ruling and powerless classes, has a generative quality whereby competing theories or rumors become local understandings of global projects (Farmer 1992, 204;Feldman-Savelsburg et al 2000, 160).…”

Section: Scholarship On Hiv/aids Among Native Americansmentioning

confidence: 99%

‘White man’s disease’

Gilley¹,

Pfeiffer²

2017

MAT

View full text Add to dashboard Cite

Through critical reflection on the conspiracy theories told about the origins of HIV by American Indians, we learned that many community members refused the universalized aspects of AIDS prevention, education, and intervention. We found that standard HIV/AIDS-related prevention and treatment programs tend to universalize experiences with and responses to the AIDS epidemic and ignore -or push to the margin -alternative framings and understandings of this disease. Inspired by American Indians' refusal to synthesize (in the Hegelian dialectical sense) their own experience into national and international AIDS knowledges, in this article we seek to engage with such marginal understandings, as well as their interactions with universal, individual, and community notions of care, AIDS, and health causality. The use of non-standard theories of the origins of AIDS by American Indians, we argue, disrupts the logic that attempts to universalize AIDS and community experiences. By making AIDS a 'White man's disease', Natives bring the epidemic in line with a history of social and health neglect by the settler state, and refuse to collapse their own, marginalized experiences and understandings of HIV/AIDS into dominant knowledges of the disease.

show abstract

Section: Scholarship On Hiv/aids Among Native Americansmentioning

confidence: 99%

‘White man’s disease’

Gilley¹,

Pfeiffer²

2017

MAT

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Terlebih lagi, permintaan pasar di daerah yang masyarakatnya dalam kemiskinan kronis dan keterasingan telah mendorong perempuanperempuan Papua masuk dalam industri seks untuk bertahan hidup. Melihat isu HIV/ AIDS dari pendekatan demografi, esai ini menemukan bahwa prevalensi virus dapat dikaitkan dengan tingginya mobilitas pekerja sumberdaya alam, buruh tidak tetap, serta rotasi personel militer (Butt, 2002;2005).…”

Section: Ketimpangan Dalam Pelayanan Kesehatanunclassified

Perencanaan Pembangunan Di Papua Dan Bonus Demografi 2020 (Development Planning in Papua and Demographic Bonus 2020)

Putro¹

2016

JTAKEN

View full text Add to dashboard Cite

Perubahan demografi dan cepatnya modernisasi yang mengakibatkan tergusurnya penduduk asli Papua telah memicu antipati serta tuntutan untuk merdeka. Para pendatang dengan pendidikan yang lebih baik mendominasi pasar ekonomi dan dalam prosesnya menyisihkan penduduk lokal dari keuntungan ekonomi dan kesejahteraan. Perpindahan penduduk dalam skala besar yang disebut 'program transmigrasi' ke Papua juga mendorong timbulnya perasaan identitas yang terenggut diantara penduduk asli. Seluruh proses tersebut membangun persepsi bersama bahwa mereka menghadapi pemusnahan ras, atau paling tidak ancaman serius atas kelangsungan demografi dan budaya mereka. Di sisi lain, diprediksikan bahwa kebijakan penurunan tingkat kelahiran akan membawa kesempatan bagi Indonesia mengalami 'bonus demografi' pada tahun 2020-an. Esai ini akan fokus ke Papua karena kompleksitas masalahnya di berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan serta kesehatan yang timbul seiring perubahan demografi. Memanfaatkan data sekunder dari Sensus Penduduk terakhir pada tahun 2010 yang diolah dengan program Stata, esai ini menggunakan metode komparasi untuk mengetahui perbandingan komposisi demografi di Papua dan menganalisa secara deskriptif sumber-sumber data terkait. Sebagai simpulan, memang terdapat ketimpangan dalam komposisi demografi masyarakat Papua yang dapat menghambat kesempatan menikmati bonus demografi 2020. Esai ini menyarankan agar pemerintah merevitalisasi program keluarga berencana yang fokus kepada partisipasi perempuan untuk mencapai rasio 2,1 kelahiran per perempuan. Pemerintah juga hendaknya membuat kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat asli Papua ke pelayanan dasar seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan.Demographic bonus, fertility rate, inequality, HDI, migration, family planning.Bonus demografi, tingkat kelahiran, ketimpangan, IPM, migrasi, keluarga berencana.

show abstract

“…AIDS came with entrepreneurially organised prostitution-again, something Papuans believe did not exist before the Indonesians arrived. 10 Many Papuans alleged to us that in recent years the military had brought in HIV-infected prostitutes from other parts of Indonesia (see Butt 2005Butt , 2008. Informants allege that military officers own brothels and take protection money from others, though we are not able to confirm these allegations.…”

Section: Povertyinhistoricalperspectivementioning

confidence: 99%