2020
DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7538.2020
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Peran Dukungan Sosial Orangtua, Teman Sebaya, Dan Guru Terhadap School Well-Being Siswa Pesantren X

Abstract: Islamic boarding schools’ education has its own challenges, higher academic loads, longer duration, and other rules that need to be followed. Students' experiences in school will shape students' judgment of their school. Students’ judgment toward their school is defined as school well-being. Researches said that social support has roles in several school well-being dimensions. But there is no research linking social support with a whole school well-being’s dimension. In addition, studies on social support vari… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 16 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Berdasarkan penelitian yang dilakukan di China pada tingkat sekolah SMP dan SMA menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan subjektif siswa mempunyai nilai yang rendah yang disebabkan oleh faktor stres akademik (Liu et al, 2016). Melihat pada pola pendidikan di pesantren yang menerapkan pola pendidikan 24 jam dalam sehari, dapat dikatakan kegiatan santri sangat padat (Wijaya et al, 2020). Kepadatan kegiatan di pesantren tersebut bila tidak diiringi dengan perhatian pada aspek afektif dan psikomotor maka kemungkinan tingkat kesejahteraan subjektif santri akan rendah seperti yang dialami pada siswa di China.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Berdasarkan penelitian yang dilakukan di China pada tingkat sekolah SMP dan SMA menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan subjektif siswa mempunyai nilai yang rendah yang disebabkan oleh faktor stres akademik (Liu et al, 2016). Melihat pada pola pendidikan di pesantren yang menerapkan pola pendidikan 24 jam dalam sehari, dapat dikatakan kegiatan santri sangat padat (Wijaya et al, 2020). Kepadatan kegiatan di pesantren tersebut bila tidak diiringi dengan perhatian pada aspek afektif dan psikomotor maka kemungkinan tingkat kesejahteraan subjektif santri akan rendah seperti yang dialami pada siswa di China.…”
Section: Pendahuluanunclassified