2016
DOI: 10.26753/jikk.v12i3.166
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Public Stigma Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Kabupaten Kebumen

Abstract: Indonesian Basic Health Research Data (2013) showed that the prevalence of people with mental disorders in Central Java is 3.3% of the entire population and Kebumen district ranked as the second region with 773 people were detected as mental disorders in 2012. People with mental disorders experienced self stigma and also public stigma from the community in the form of labels, prejudice and discrimination (Corrigan, 2005). The purpose of this study is to describe the public stigma given by the community to the … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
2
0
6

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 10 publications
(8 citation statements)
references
References 0 publications
0
2
0
6
Order By: Relevance
“…Stigma berasal dari kecenderungan manusia untuk menilai orang lain. Berdasarkan penelitian itu, kategorisasi atau stereotip dilakukan tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya atau berdasarkan fakta, tetapi pada apa yang masyarakat anggap sebagai tidak pantas, luar biasa, memalukan, dan tidak dapat diterima (Asti, A.D., Sarifudin, S., & Agustin, I.M., 2016). Stigma merupakan bentuk penyimpangan penilaian dan perilaku negatif yang terjadi karena pasien gangguan jiwa tidak memiliki keterampilan atau kemampuan untuk berinteraksi dan bahaya yang mungkin dapat ditimbulkannya (Michaels et al, 2012).…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Stigma berasal dari kecenderungan manusia untuk menilai orang lain. Berdasarkan penelitian itu, kategorisasi atau stereotip dilakukan tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya atau berdasarkan fakta, tetapi pada apa yang masyarakat anggap sebagai tidak pantas, luar biasa, memalukan, dan tidak dapat diterima (Asti, A.D., Sarifudin, S., & Agustin, I.M., 2016). Stigma merupakan bentuk penyimpangan penilaian dan perilaku negatif yang terjadi karena pasien gangguan jiwa tidak memiliki keterampilan atau kemampuan untuk berinteraksi dan bahaya yang mungkin dapat ditimbulkannya (Michaels et al, 2012).…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Dengan bantuan tersebut diharapkan keluarga ODGJ mampu membiayai pengobatan ODGJ. Lurah dan Bidan Desa C juga mengungkapkan bahwa selama ini belum ada program pendidikan kesehatan jiwa, maupun program yang mewadahi interaksi antara ODGJ dengan warga pada Desa C. Hal ini selaras dengan penelitian Asti et al, (2016), yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya stigma negative masyarakat terhadap ODGJ adalah kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan jiwa. Stigma ini jika berlangsung terus menerus akan membawa dampak negatif antara lain: 1) Peningkatan beban psikologis dan mempengaruhi konsep diri (Hawari, 2012); 2) Penurunan kualitas penyembuhan pasien (Hartini et al, 2018;Hasan & Musleh, 2017); 3) Hanbatan dalam Volume 3, Nomor , 2022 3 Oktober mencari bantuan kesehatan (Schnyder et al, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Masyarakat mengidentikkan ODGJ sebagai seseorang yang memiliki tampilan fisik menggelandang, kurang terpelihara, berperilaku tidak sesuai dengan orang pada umumnya. Gambaran ODGJ yang berkembang di masyarakat memiliki potensi untuk menimbulkan stigma negatif terhadap penderita gangguan jiwa (Asti, Sarifudin, & Agustin, 2010) Stigma negatif terkait ODGJ yang berkembang di masyarakat dapat berdampak negatif terhadap ODGJ, keluarga, dan masyarakat di lingkungan ODGJ. Stigma negatif yang diberikan pada ODGJ dapat menurunkan kualitas perawatan kesehatan ODGJ seperti drop-out dari pengobatan atau putus obat, pemasungan, dan perbedaan pemahaman terkait penderita gangguan jiwa.…”
Section: Latar Belakangunclassified