RETRACTED: Hypertonic Saline Compared to Mannitol for the Management of Elevated Intracranial Pressure in Traumatic Brain Injury: A Meta-Analysis

Han, Chengchen; Yang, Fan; Guo, Shubin; Zhang, Jianning

doi:10.3389/fsurg.2021.765784

Cited by 14 publications

(16 citation statements)

References 43 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) sangat umum terjadi setelah cedera otak traumatis yang parah dan sering dipicu oleh edema otak. 1 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) berat akibat cedera otak traumatis telah dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan luaran gangguan fungsional. 1,2 Cedera otak traumatis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di dunia.…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…1 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) berat akibat cedera otak traumatis telah dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan luaran gangguan fungsional. 1,2 Cedera otak traumatis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di dunia. 1,2 Angka mortalitas pasien cedera kepala dengan TIK di bawah 20 mmHg adalah 18,4%, sedangkan angka mortalitas setinggi 55,6% dilaporkan pada pasien dengan TIK melebihi 40 mmHg.…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…1,2 Cedera otak traumatis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di dunia. 1,2 Angka mortalitas pasien cedera kepala dengan TIK di bawah 20 mmHg adalah 18,4%, sedangkan angka mortalitas setinggi 55,6% dilaporkan pada pasien dengan TIK melebihi 40 mmHg. 2,3 Brain Trauma Foundation merekomendasikan bahwa manajemen TIK harus segera dilaksanakan jika TIK melebihi 20 mmHg, dan merekomendasikan pengukuran TIK untuk memandu terapi.…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…[2][3][4] Pedoman terkini menyarankan intervensi yang lebih konservatif, misalnya, elevasi tubuh bagian atas, drainase cairan serebrospinal, sedasi dan paralisis, hiperventilasi, barbiturat, hipotermia, dan terapi hiperosmolar sebelum akhirnya melakukan kraniektomi dekompresi. 1,2 Terapi hiperosmolar dengan manitol atau saline hipertonis menjadi tata laksana medis utama CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT untuk peningkatan tekanan intrakranial. 4,5 Terapi hiperosmolar digunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial, meningkatkan tekanan perfusi serebral, dan mungkin meningkatkan aliran darah serebral.…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…4,5 Terapi hiperosmolar digunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial, meningkatkan tekanan perfusi serebral, dan mungkin meningkatkan aliran darah serebral. 1 Manitol masih menjadi pilihan utama terapi hiperosmolar untuk menangani tekanan intrakranial yang meningkat pada kasus cedera otak traumatis, namun dalam penggunaannya telah muncul ketidakpuasan dan kekhawatiran karena berbagai efek samping serius. Saline hipertonis kini mendapat perhatian luas untuk diajukan sebagai alternatif manitol, dan beberapa penelitian terbaru menunjukkan efektivitasnya yang makin baik.…”

Section: Pendahuluanunclassified

See 4 more Smart Citations

Terapi Hiperosmolar dalam Tatalaksana Cedera Otak Traumatis

Susanto

2022

CDK

View full text Add to dashboard Cite

<p>Latar Belakang: Cedera otak traumatis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di dunia. Angka mortalitas pasien cedera kepala dengan tekanan intrakranial di bawah 20 mmHg adalah 18,4%, sedangkan angka mortalitas setinggi 55,6% dilaporkan pada pasien dengan tekanan intrakranial melebihi 40 mmHg. Terapi hiperosmolar dengan manitol atau saline hipertonis merupakan tatalaksana medis utama untuk menangani peningkatan intrakranial akibat cedera otak traumatis. Tinjauan sistematis ini bertujuan membandingkan efektivitas kedua terapi hiperosmolar tersebut dalam tatalaksana cedera otak traumatis. Metode: Penelitian ekstensif dilakukan pada database PubMed, DOAJ, dan Cochrane dengan kriteria inklusi publikasi dalam dua puluh tahun terakhir. Artikel penelitian dalam bentuk meta-analisis, uji klinis, dan uji acak terkontrol lebih diutamakan. Kriteria eksklusi adalah pernyataan tidak jelas, korelasi yang tidak relevan dengan topik utama, atau fokus pada penyakit lain. Hasil: Sebelas penelitian menyimpulkan bahwa efektivitas saline hipertonis sebanding dengan manitol, enam penelitian menunjukkan bahwa saline hipertonis lebih unggul. Simpulan: Saline hipertonis layak dipertimbangkan sebagai alternatif untuk manitol, direkomendasikan untuk pasien dengan hipovolemia, hiponatremia, atau gagal ginjal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan dosis terapi dan konsentrasi saline hipertonis yang optimal.</p><p>Background: Traumatic brain injury is one of the leading causes of death and disability worldwide. Mortality rate of head injuries with intracranial pressure below 20 mmHg was reported 18.4%, whereas those with intracranial pressure more than 40 mmHg had a 55.6% mortality rate. Hyperosmolar therapy with mannitol or hypertonic saline is the mainstay of medical management for treating elevated intracranial pressure in traumatic brain injury. This systematic review aimed to compare the effectiveness of these two hyperosmolar therapies in the management of traumatic brain injury. Methods: The PubMed, DOAJ, and Cochrane databases were used to perform extensive study. The criteriion was publication within the last twenty years. Meta-analyses, clinical trials, and randomized controlled trials were included. Unclear statements, irrelevant correlation with the main topic, or focusing more on other diseases were the exclusion criteria. Results: Eleven researches stated that the effectiveness of mannitol and hypertonic saline are comparable, six researches showed that hypertonic saline was better. Conclusion: Hypertonic saline should be considered as a preferable alternative to mannitol, recommended for patients with hypovolemia, hyponatremia, or renal failure. Further studies are required to find the optimal therapeutic dose and concentration of hypertonic saline.</p>

show abstract

Section: Pendahuluanunclassified

See 3 more Smart Citations

Terapi Hiperosmolar dalam Tatalaksana Cedera Otak Traumatis

Susanto

2022

CDK

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

Mechanobiological Adaptation to Hyperosmolarity Enhances Barrier Function in Human Vascular Microphysiological System

et al. 2023

View full text Add to dashboard Cite

In infectious disease such as sepsis and COVID‐19, blood vessel leakage treatment is critical to prevent fatal progression into multi‐organ failure and ultimately death, but the existing effective therapeutic modalities that improve vascular barrier function are limited. Here, this study reports that osmolarity modulation can significantly improve vascular barrier function, even in an inflammatory condition. 3D human vascular microphysiological systems and automated permeability quantification processes for high‐throughput analysis of vascular barrier function are utilized. Vascular barrier function is enhanced by >7‐folds with 24–48 h hyperosmotic exposure (time window of emergency care; >500 mOsm L−1) but is disrupted after hypo‐osmotic exposure (<200 mOsm L−1). By integrating genetic and protein level analysis, it is shown that hyperosmolarity upregulates vascular endothelial‐cadherin, cortical F‐actin, and cell–cell junction tension, indicating that hyperosmotic adaptation mechanically stabilizes the vascular barrier. Importantly, improved vascular barrier function following hyperosmotic exposure is maintained even after chronic exposure to proinflammatory cytokines and iso‐osmotic recovery via Yes‐associated protein signaling pathways. This study suggests that osmolarity modulation may be a unique therapeutic strategy to proactively prevent infectious disease progression into severe stages via vascular barrier function protection.

show abstract