Utilization of Classcraft in Developing Positive Student Behavior

Abstract

Affective assessment in distance learning has a great challenge. One of the media that can be used as well as motivated students is ClassCraft. Meanwhile, some limited persons can implement this media. This research aimed at analyzing the procedures of usingClassCraftin developingstudents' positive attitudes. The research subject was a lecturer and students of English Language Education, Faculty of Teacher Training, Dwijendra University. This research was a descriptive qualitative study that elaborates the implementation of ClassCraft to develop a positive attitude. The data were collected through observation and interview using observation and interview guide. The data were analyzed using qualitative data analysis by Milles and Huberman (1994). The finding showed that the implementation of ClassCraft was implemented in three stages; planning, implementing, and evaluating. It can be a guidance of implementing ClassCraft in developing students' positive behaviors.

Gamifikasi Berbasis Classcraft Sebagai Inovasi Pembelajaran Online Pada Masa Pandemi Covid-19

“…Permainan Classcraft ini pertamakali digunakan pada jenjang pendidikan menengah dan kemudian diterapkan pada pendidikan dasar. Classcraft memungkinkan guru menentukan perilaku yang diharapkan dari peserta didik, sehingga guru dapat menanamkan perilaku positif kepada peserta didik (Susila, 2020).…”

“…Selain itu terdapat tools yang dapat digunakan oleh guru dalam menilai sikap positif dan negatif peserta didik dalam mode free. Classcraft memiliki tools yang namanya XP (Experience Point) dan HP (Health Points) (Susila, 2020). Peserta didik selama proses pembelajaran menunjukkan perilaku positif akan memperoleh penambahan poin XP, sehingga dapat menaikkan levelnya.…”

“…Konsep Classcraft seperti yang dipaparkan di atas dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Susila (2020) Konsep Classcraft berbentuk permainan yang terdiri dari hero yang sudah disediakan oleh website Classcraft itu sendiri. Hero tersebut memiliki tiga bentuk yaitu warrior, healer, dan mage.…”

“…Namun, pembelajaran daring tersebut hanya dilakukan beberapa jam saja, sisanya digunakan untuk bermain game online (Makki, 2020). Mayoritas peserta didik menghabiskan bermain game online sebanyak 5 -8 jam per hari (Susila, 2020). Generasi Z tersebut sudah terbiasa dalam menggunakan game online, sehingga cukup mudah untuk mengajarkan pembelajaran yang terintegrasi dengan gamifikasi (Purwono, Setyawati, Nisa, & Wulandari, 2021).…”