The technological development within the audiovisual industry has provided the audience with a viewing experience that is increasingly becoming more and more tangible, including in the film industry. One of the developing technologies is the 3D cinema. The 3D cinema emerges in hopes of delivering a stunning and memorable experience for its audience, but the mixed response from the audience, as well as the neverending development of technology, question 3D’s position on offering a new experience and supporting film as a communication channel. By using the descriptive phenomenology method, this research focuses on the experience and perception of non-production film people towards 3D in supporting film as a communication channel. This research aims to look on how the informants, who are not production people and are people directly involved in the exhibition and appreciation aspects of cinema, perceive and experience film in the 3D format, as well as 3D’s position in the film and audiovisual industry now and in the future. The result shows that even though 3D is acknowledged as a novelty and a technological leap, it does not always add something to the viewing experience, and has even become obsolete. Perkembangan teknologi dalam industri audiovisual memberikan khalayak pengalaman menonton yang semakin lama terasa semakin dekat dengan kenyataan, tak terkecuali dalam industri perfilman. Salah satu teknologi yang berkembang tersebut adalah sinema 3D. Kehadiran sinema 3D diharapkan dapat memberikan pengalaman yang menakjubkan dan berkesan bagi khalayaknya, namun penerimaan khalayak yang beragam, selain juga teknologi yang semakin berkembang, menjadi pertimbangan apakah 3D memang benar-benar memberikan pengalaman baru dan mendukung film sebagai saluran komunikasi. Penelitian ini menggunakan metodologi fenomenologi deskriptif, penelitian ini berfokus pada pengalaman dan pandangan pegiat sinema non-produksi terhadap sinema 3D sebagai pendukung saluran komunikasi film. Tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana para informan, yang bukan berasal dari produksi film dan sebagai orang yang terlibat langsung dalam ekshibisi dan apresiasi sinema, memandang dan mengalami teknologi 3D. Para informan menceritakan pengalaman film mereka, pengalaman mereka ketika menonton film dalam format 3D, serta posisi teknologi 3D dalam industri film dan audiovisual di masa kini dan di masa yang akan datang. Hasil menunjukkan bahwa biarpun 3D dianggap sebagai sesuatu yang baru dan juga diakui sebagai bentuk dari lompatan teknologi, 3D tidak selalu menambah sesuatu terhadap pengalaman menonton dan bahkan kini sudah mulai ditinggalkan.