Pemerintah telah mengucurkan dana desa sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pemerataan di seluruh Indonesia. Setiap tahun dana desa yang dianggarkan dalam APBN mengalami peningkatan, dan penyerapannya tergolong cukup tinggi. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk meningkatkan penyediaan sarana prasarana desa antara lain pembangunan jalan, jembatan, irigasi, dan sarana air bersih. Akan tetapi, upaya pemerataan melalui dana desa sampai saat ini masih dihadapkan pada persoalan kemiskinan. Melalui peta tematik ditunjukkan adanya ketidaktepatan pendistribusian dana desa di beberapa Kabupaten, salah satunya kabupaten Konawe Kepulauan yang justru mengalami penurunan dana desa disaat persentase kemiskinan di wilayah tersebut masih cukup tinggi. Sebaliknya, beberapa Kabupaten diantaranya Kabupaten Musi Rawas justru mendapatkan peningkatan dana desa yang besar padahal persentase penduduk miskin diwilayah tersebut tergolong rendah. Mengapa hal tersebut terjadi?. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh peningkatan dana desa terhadap jumlah penduduk miskin sekaligus mengidentifikasi karakteristik kemiskinan di setiap Kabupaten/Kota di Indonesia. Menggunakan Geographically Weight Poisson Regression (GWPR), penelitian ini mendapatkan adanya heterogenitas spasial pada pola kemiskinan Kabupaten/Kota di Indonesia. Model regresi spasial berhasil membuktikan adanya pengaruh peningkatan dana desa yang berbeda terhadap jumlah penduduk miskin dan pengaruh IPM yang konsisten terhadap penurunan jumlah penduduk miskin di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.