ABSTRAKPendahuluan. Kotrimoksazol diberikan sebagai standar pencegahan primer terhadap infeksi toksoplasmosis dan pneumonia pneumocystis jirovecii (PCP) pada pasien HIV dengan CD4 <200 sel/mm3 dan pasien tuberkulosis, namun penggunaannya masih rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pola peresepan profilaksis primer kotrimoksazol pada pasien HIV dewasa di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM tahun 2004 Metode. Studi kohort r etrospektif dilakukan dengan mengambil data semua pasien HIV usia >18 tahun dan memenuhi kriteria pemberian profilaksis primer kotrimoksazol yang berobat ke Unit Pelayanan Terpadu HIV Rumah Sakir dr. Cipto Mangunkusumo (UPT HIV RSCM) tahun [2004][2005][2006][2007][2008][2009][2010][2011][2012][2013]. Variabel yang diteliti adalah pola inisiasi peresepan, penghentian peresepan, dosis, durasi, persentase lama pemberian, serta ada tidaknya efek samping kotrimoksazol.Hasil. Sejumlah 3.818 pasien mempunyai indikasi pemberian kotrimoksazol. Profilaksis primer kotrimoksazol sudah dimulai pada 83% pasien. Pemberian dosis kotrimoksazol sudah sesuai pedoman pada 99,8% pasien. Efek samping dari yang paling sering sampai yang jarang terjadi adalah peningkatan transaminase (38,1%), leukopenia (16,9%), anemia (16,5%), mual (15,4%), muntah (7,8%), trombositopenia (7,4%), dan alergi (5,3%). Efek samping yang menyebabkan penghentian peresepan adalah alergi (100%), anemia (2,4%), peningkatan transaminase (2,1%), muntah (0,8%), dan leukopenia (0,6%). Ditemukan pola penghentian peresepan yang tidak sesuai pedoman pada 61,6% pasien dengan nilai tengah persentase lama pemberian yaitu 87,5% (RIK 39) dan nilai tengah durasi pemberian profilaksis primer kotrimoksazol adalah 20 bulan (RIK 20). Durasi pada pasien dengan CD4 ≤100 sel/mm3 dan >100 sel/mm 3 masing-masing adalah 21 bulan (RIK 22) dan 12,5 bulan (RIK 14,75) dengan nilai p <0,001.Simpulan. Walaupun pada saat awal sebanyak 83% pasien HIV dewasa mendapat pemberian profilaksis primer kotrimoksazol dengan pengaturan dosis yang sangat baik, namun 61,6% penghentian peresepan tidak sesuai pedoman. (38,1%), leucopenia (16,9%), anemia (16,5%), nausea (15,4%), vomiting (7,8%), thrombocytopenia (7,4%), and hypersensitivity (5,3%). Adverse event causing discontinuation were hypersensitivity (100%), anemia (2,4%), increasing hepatic transaminase (2,1%), vomiting (0,8%), and leucopenia (0,6%). Inappropriate discontinuation of cotrimoxazole was 61,6% with median duration percentage was 87,5% (IQR 39) and median of duration was 20 months (IQR 20). Duration in patients with CD4 ≤100 cell/mm 3 and >100 cell/mm 3 was 21 months (IQR 22) and 12,5 months (IQR 14,75)
Kata Kunci: HIV, kotrimoksazol, profilaksis
ABSTRACT
Introduction. Low rate use of cotrimoxazole which is a standard of primary prevention against toxoplasmosis infection and Pneumocystis jirovecii pneumonia (PCP) in patients with CD4 <200 cell/mm 3 was found. This study aims to describe prescription pattern of cotrimoxazole primary prophylaxis in adult HIV patients in RSCM.
Methods. A cohort r...