Kebutuhan daya listrik untuk pembuatan suatu peralatan produksi menjadi sangat penting, agar biaya konsumsi daya listrik dapat diantisipasi dan diinternalisasi menjadi biaya produksi. Daya listrik terkonsumsi untuk pembuatan setiap generator oksigen bukan menjadi hal utama, namun keberadaan unsur tersebut tetap harus diperhitungkan. Berdasarkan hal itu, maka pada penelitian ini diprediksi kebutuhan daya listrik untuk produksi sebuah generator oksigen. Prediksi kebutuhan daya listrik dilakukan dengan metode konvensional berbasis deret waktu, sehingga diperlukan penetapan dua sasaran penelitian yang meliputi (i) mengukur nilai tegangan, mengukur nilai arus, dan menghitung daya untuk kebutuhan fase perakitan dan produksi dan (ii) membuat persamaan regresi linear kebutuhan daya listrik dan menguji kevalidan koefisien korelasi berbantuan metode linearisasi fungsi nonlinear. Metode penelitian dilakukan dengan (i) pencatatan nilai tegangan dan arus, dilanjutkan dengan penghitungan daya listrik terkonsumsi saat fase perakitan dan proses produksi; dan (ii) pembuatan persamaan regresi linear melalui tahapan linearisasi fungsi nonlinear untuk perolehan penggambaran suatu hubungan satu variabel bebas (predictor, x) dengan suatu variabel tak-bebas (response, y), dilanjutkan tahapan perolehan dan uji validitas terhadap koefisien korelasi. Hasil pengukuran tegangan dan arus bervariatif saat fase perakitan maupun saat proses produksi, kemudian dilakukan perhitungnan daya listrik dengan hukum Ohm. Saat fase perakitan, setelah melalui proses linearisasi fungsi nonlinear diperoleh persamaan atau dalam bentuk persamaan regresi linear , dan nilai koefisien korelasi, r sebesar -0,86635. Saat fase proses produksi, setelah dilakukan proses linearisasi fungsi nonlinear diperoleh persamaan atau dalam bentuk persamaan regresi linear, yaitu , dan nilai koefisien korelasi, r sebesar -0,36831. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa koefisien korelasi yang diperoleh telah sesuai persyaratan pada kisaran nilai , namun terkategori dengan kriteria “hubungan kuat” saat fase perakitan dan kriteria “hubungan lemah” saat fase proses produksi. Kriteria “hubungan kuat” pada fase perakitan, disebabkan oleh jumlah peralatan listrik untuk fase perakitan hanya terdiri atas tiga macam peralatan listrik, sedangkan kriteria “hubungan lemah” pada fase proses produksi, disebabkan oleh jumlah peralatan listrik untuk fase proses produksi sebanyak sepuluh peralatan atau berjumlah tiga kali lipat lebih dari fase perakitan.