An evaluation of grouper and snapper fisheries management policy in Saleh Bay, Indonesia

Abstract

In the policy context, managing grouper and snapper fisheries resources for sustainability is a big challenge due to the complexity of small-scale fisheries in Saleh Bay. This study implemented two analytical methods: length-based analysis and ecosystem approach to fisheries assessment to evaluate the performance of the implementation of the grouper and snapper fisheries management in Saleh Bay. The results showed after policy implementation, the mean length of species has been slightly larger and three species already reached the spawning potential ratio (SPR) target reference point. However, two of the 11 species regulated had SPR values below the limit reference point, which indicated that these species are currently fished at unsustainable levels. Overall, the assessment of fishery risk index indicated the risk status of this fisheries in the category of moderate risk, 1.185, in which two dimensions need to be improved: socio-economy and habitat. Therefore, this study highlighted leverage points to achieve ‘good’ performance level, such as socialization program intensively, enforcing regulation to provincial regulation, strengthening the surveillance and law enforcement of destructive fishing practices, empowerment of local institutions by co-management, and rehabilitation of coral reef ecosystems.

Pendugaan Status Stok Dan Indikator Bioekonomi Perikanan Kerapu Di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat

“…Pada tahun 2021, diperkirakan 60 persen hasil tangkapan ikan kerapu di Provinsi NTB berasal dari Teluk Saleh (KKP 2023). Kegiatan penangkapan ikan kerapu telah menjadi tumpuan bagi 5.800 nelayan yang bermukim di sepanjang pesisir teluk tersebut (Natsir et al 2022) dan perekonomian Provinsi NTB (Efendi et al 2021). Keberadaan usaha perikanan kerapu di Teluk Saleh menjadi tulang punggung perekonomian dan tumpuan penghidupan bagi tidak kurang dari).…”

“…Keberadaan usaha perikanan kerapu di Teluk Saleh menjadi tulang punggung perekonomian dan tumpuan penghidupan bagi tidak kurang dari). Hal ini disebabkan ikan kerapu, terutama kerapu sunu, dikenal sebagai komoditas seafood ekonomis penting yang permintaannya terus meningkat baik di pasar domestik maupun internasional (Khasanah et al 2019b;Efendi et al 2021).…”

“…Namun, akibat masifnya kegiatan penangkapan ikan yang tidak terkendali telah berdampak pada semakin rendahnya hasil tangkapan jenis ikan kerapu yang mengarah pada terjadinya overfishing di perairan tersebut (Efendi et al 2021). Kondisi ini menjadi ancaman utama bagi keberlangsungan sektor penangkapan ikan secara keseluruhan, sehingga tanpa tindakan pengelolaan yang tepat akan menyebabkan kepunahan (Khasanah et al 2019b) (Efendi et al 2020).…”

“…Kondisi ini menjadi ancaman utama bagi keberlangsungan sektor penangkapan ikan secara keseluruhan, sehingga tanpa tindakan pengelolaan yang tepat akan menyebabkan kepunahan (Khasanah et al 2019b) (Efendi et al 2020). Penangkapan kerapu di Provinsi NTB sebelumnya tidak diatur (un-regulated) karena didominasi perikanan skala kecil dengan karakter multispecies, multigear, berdomisili di remote area, dan pada umumnya hasil dan kegiatan penangkapannya tidak dilaporkan dengan baik (Efendi 2021).…”

Pemetaan Spasial Dan Temporal Status Pemanfaatan Ikan Kerapu Di Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat

“…Perairan Teluk Saleh merupakan perairan semi tertutup dan terhubung dengan Laut Flores (Yulius et al 2017). Sektor perikanan di Teluk Saleh merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat lokal dan dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan bagi masyarakat lokal, khususnya nelayan (Efendi et al 2021). Salah satu komoditas sumberdaya ikan karang di perairan Teluk Saleh yang dimanfaatkan oleh nelayan adalah ikan kerapu.…”