Masyarakat tradisional Hubula Suku Dani di Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya, Papua, membedakan laki-laki dan perempuan di ranah domestik maupun publik. Pembedaan gender ini didasarkan pada tradisi sistem patriarki, yang berdampak terhadap perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relasi gender patriarki dan dampaknya terhadap perempuan Hubula Suku Dani. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus di masyarakat Hubula Suku Dani di Distrik Aso Lokobal, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Data penelitian terdiri dari data primer yang diperoleh langsung dari lapangan melalui observasi lapangan, wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion—FGD), dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Hubula Suku Dani secara kolektif memandang perempuan harus berada dalam posisi subordinasi terhadap laki-laki. Peran publik laki-laki adalah menangani acara adat dan perang, dan peran domestik perempuan adalah mengurus kebun, ternak, rumah tangga serta mengasuh anak. Pembagian peran ini berbasis adat, membentuk struktur sosial fungsional dan melindungi perempuan. Namun, kini perang tidak terjadi, adat memudar, dan laki-laki tidak berfungsi sebagai pencari nafkah. Walau terjadi disfungsionalisme struktural, laki-laki tetap ingin dilayani istri. Dominasi patriarki kian menindas, menimbulkan ketidakadilan gender, dan bermuara pada kekerasan perempuan seperti kekerasan fisik, seksual, emosional, verbal, psikologis, ekonomi, serta intimidasi dan ancaman. Kekerasan perempuan ini bervariasi, namun merata atau membudaya di banyak keluarga Hubula Suku Dani.