Kepala Sekolah sebagai pengambil kebijakan terkadang bingung dalam membuat keputusan. Kebijakan sebaiknya logis dan bukan hanya berdasar perasaan. Asesmen diagnostik non kognitif merupakan salah satu cara mendapat kebijakan yang berdasarkan data. Asesmen ini digunakan untuk melihat kondisi, kesejahteraan psikologi dan sosial emosional siswa. Instrumen berupa angket yang diisi langsung oleh murid yang ada di SMP Negeri 1 Pulau Burung. Secara garis besar daftar pertanyaan dibagi empat topik yaitu, masalah pribadi, sosial, belajar dan karier. Topik-topik kemudian terbagi menjadi beberapa sub topik. Hasil data yang dihimpun diketahui permasalahan yang paling tinggi untuk anak kelas 7 adalah masalah kesehatan dengan 16,41%, isu hubungan pribadi 13,66%, dan kebiasaan belajar sebesar 10,07%. Kelas 8, masalah yang paling sering muncul juga tentang kesehatan sebesar 13,53%, kemudian masalah hubungan pribadi 13,24 % dan kebiasaan belajar12,65%. Untuk kelas 9, masalah yang sering muncul adalah kebiasaan belajar 18,25%, kehidupan sosial dan berorganisasi 17,17% dan kesehatan 12,75%. Dari analisis didapat data bahwa Hasil asesmen diagnostik non kognitif berupa data yang dapat menjadi acuan Kepala Sekolah dalam membuat kebijakan. Beberapa kebijakan sekolah yang didasarkan asesmen diagnostik adalah Kerja sama antara sekolah dan Puskesmas, paguyuban orang tua di sekolah, penyediaan taman untuk belajar di luar kelas dan bimbingan konseling.