Pule District, Trenggalek Regency, East Java Province has only 42% of rice fields with irrigated status, and 58% of non-irrigated land. With the presence of a reservoir. the area of non-irrigated rice fields can be served and the planting indeks of rice fields can be increased. To be able to meet the target area of irrigated land diverted by reservoir, a hydrological and water balance approach is needed. The aim of this study is to analyze the water balance of reservoir to obtain the volume of water and the area of rice fields that can be irrigated each month. By using F.J.Mock to analyse water balance and calculate mainstay discharge. Evapotranspiration is calculated by Penman Modified method. The highest mainstay discharge Q80 is occurred about 3.25 m3/s in January, meanwhile the lowest is 0.22 m3/s in October. Reservoir capacity is determined from maximum volume based on height of reservoir. The height is 13.20 m which referenced to elevation 552.20 m.s.l. Maximum volume of reservoir is 56,437 m3. Analysis results show the highest inflow discharge is occurred in January about 7.46 million m3/month, the lowest in August about 0.45 million m3/month. Those condition of discharge if utilized for irrigation 11 Ha around 44,533 m3/month and raw water 2,560 people around 11,904 m3/month, so the reservoir is still in a fulfilled condition. The lowest inflow discharge can be referenced to determine maximum potential irrigation covered area into 112 Ha in dry season. Keywords: reservoir, irrigation, water balance, water harvesting, land large ABSTRAKKecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur memiliki luas lahan sawah yang berstatus irigasi hanya 42%, dan lahan berstatus non irigasi 58%. Adanya embung luas sawah non irigasi dapat terlayani dan indeks pertanaman sawah dapat ditingkatkan. Untuk dapat memenuhi target luasan lahan irigasi yang diari oleh embung diperlukan pendekatan hidrologis dan neraca air. Tujuan dari studi ini adalah melakukan analisis neraca air embung sehingga didapatkan volume air dan luas areal sawah yang dapat diairi setiap bulannya. Metode yang digunakan dalam analisis neraca air tersebut adalah metode F. J. Mock dengan menghitung debit andalan. Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan metode Penman Modifikasi. Debit andalan Q80 terbesar terjadi pada bulan Januari dengan nilai sebesar 3,25 m3/detik sedangkan debit andalan Q80 terkecil terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 0,22 m3/detik. Kapasitas embung ditentukan dari volume maksimum embung berdasarkan tinggi maksimum embung. Tinggi maksimum rencana yang digunakan adalah 13,20 m yang terletak pada elevasi 552,20 mdpl. Volume maksimum embung yang didapatkan adalah 56.437 m3. Hasil analisis menunjukan debit inflow terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar 7,46 juta m3/bulan, terendah bulan Oktober sebesar 0,45 juta m3/bulan. Kondisi debit inflow tersebut apabila dipergunakan untuk kebutuhan irigasi seluas 11 Ha sebesar 44.533 m3/bulan dan air baku 2.560 jiwa atau 11.904 m3/bulan, maka tampungan masih dapat dalam kondisi terpenuhi. Debit inflow terendah tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan potensi cakupan lahan irigasi yang dapat dimanfaatkan maksimal sebesar 112 Ha di musim kemarau. Kata Kunci: embung, irigasi, neraca air, panen air, luas lahan