Angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), COVID-19 and cardiac injury: what cardiologist should know

Abstract

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) has already stated as a pandemic by the World Health Organization (WHO). Until now, Indonesia has also infected with this severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) infections. All medical staffs join hand by hand to overcome this pandemic, not only pulmonologist but also cardiologist. Early reports from China showed that cardiovascular comorbidities add more mortality than without comorbid. Cardiac implication of this infection is cardiac injury. Viral pathology and pathophysiology that induced cardiac injury is still debatable and not well understood. Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) has emerged as a key regulator of renin-angiotensin system in cardiovascular disease. ACE2 has been postulated as one of the pathophysiology of COVID-19 and cardiac injury. ABSTRAK Coronavirus disease 2019(COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi olehOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat ini, Indonesia juga telah terinfeksi dengan infeksi coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang parah. Semua staf medis bergandengan tangan untuk mengatasi pandemi ini, tidak hanya dokter paru tetapi juga ahli jantung. Laporan awal dari Cina menunjukkan bahwa komorbiditas kardiovaskular menambah lebih banyak kematian daripada tanpa komorbiditas. Implikasi jantung dari infeksi ini adalah cedera jantung. Patologi virus dan patofisiologi yang menyebabkan cedera jantung masih bisa diperdebatkan dan tidak dipahami dengan baik. Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) telah muncul sebagai pengatur utama sistem reninangiotensin pada penyakit kardiovaskular. ACE2 telah disimpulkan sebagai salah satu patofisiologi COVID-19 dan cedera jantung.

A clinical case series of COVID-19-associated acute limb ischemia: real-world situation

“…As one of the wide-spread infectious diseases, COVID-19 infection has a broad clinical spectrum from sub-clinical (only detected by laboratory test), mild symptoms (mostly outpatient), moderate symptoms (hospitalized non-intensive ward), severe symptoms (intensive ward), and unfortunately, death [ 2 ]. Initially, many clinicians believed COVID-19 was only associated with a respiratory infection; however, currently, we know that COVID-19 could affect other organ systems such as the cardiovascular system through angiotensin-converting enzyme 2 (ACE 2) and beyond [ 3 , 4 ].…”

Pelatihan Kardiovaskular untuk Kalangan Non-Medis dengan Media Daring di Era Pandemi Covid-19

“…Pada masa pandemi COVID-19, terjadi perubahan paradikma mengenai keigatan edukasi promosi dan preventif telah berubah secara dramatik. Himbauan menghindari kegiatan berkumpul bersama menciptakan akselerasi pada dunia kesehatan daring, khususnya kegiatan edukasi literasi kesehatan (Laksono et al, 2020;Brørs et al, 2020). Terlebih penyakit jantung dan pembeluh darah akan meningkatkan mobiditas dan mortalitas pasien COVID-19, sehingga peningkatan literasi bagi kalangan non-medis menjadi penting (Purwowiyoto & Purwowiyoto, 2020).…”

Peranan Kesehatan Masyarakat di Arena Perumahsakitan untuk Meningkatkan Kesehatan Individu Penyintas COVID-19

“…4 Begitu juga dengan gambaran klinis di Indonesia, 5 memiliki patofisiologi dan mekanisme yang sama. 6 Dari perspektif kesehatan masyarakat, banyak masalah yang perlu ditangani dengan segera dan akurat. Dalam kurun waktu tersebut, beberapa tindakan penting juga telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mengurangi, mengendalikan dan memitigasi penyebaran infeksi SARS-CoV-2, khususnya dengan tindakan sebagai berikut: (1) Jaga jarak fisik, cuci tangan, batuk dan etiket bersin, serta isolasi; (2) Deteksi / pengujian besar-besaran untuk COVID-19 (baik dengan uji usap dan / atau uji cepat) dan penelusuran; (3) Meningkatkan kapasitas rumah sakit, khususnya rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan bagi pasien COVID-19; (4) Membentuk tim darurat COVID-19 nasional.…”

“…COVID-19 masih belum sepenuhnya dipahami, namun banyak penelitian terkait mekanisme penyakit ini yang telah dipublikasikan. [3][4][5][6] Semakin terbukti, penyakit ini tidak hanya merupakan infeksi saluran napas tetapi juga menyebabkan respon hiperimun di dalam tubuh. [4][5][6] Ini mungkin menjelaskan spektrum luas dari disfungsi organ jangka panjang dan gejala fungsional.…”

“…[3][4][5][6] Semakin terbukti, penyakit ini tidak hanya merupakan infeksi saluran napas tetapi juga menyebabkan respon hiperimun di dalam tubuh. [4][5][6] Ini mungkin menjelaskan spektrum luas dari disfungsi organ jangka panjang dan gejala fungsional. [16][17] Banyak gejala dan disfungsi yang dapat diobati dengan intervensi rehabilitasi.…”