Resistansi antimikrob merupakan masalah kesehatan global. Antimikrob termasuk antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan. Penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan resistansi dan pengobatan menjadi tidak efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Escherichia coli (E. coli) dari hewan, manusia dan lingkungan di peternakan babi di Kabupaten Badung Provinsi Bali, serta menentukan pola resistansi dan gen resistansi antibiotik. Sampel diambil dari 12 peternakan babi yang berdekatan dengan total 24 sampel feses babi,24 sampel swab tangan pekerja kandang, dan 12 sampel limbah air. Escherichia coli diisolasi menggunakan MacConkey Agar, pewarnaan Gram, IMViC (Indole, Methyl Red, Voges Proskauer, Citrate) dan dikonfirmasi dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji kerentanan terhadap 11 antibiotik menggunakan metode difusi cakram. Deteksi gen resistansi antibiotik dengan PCR untuk gen blaTEM, ampC, ermB, strA, tetA, dan sul1. Hasil menunjukkan 100% (24/24) E. coli diisolasi dari feses, 16,7% (4/24) dari swab, dan 100% (12/12) dari limbah air. Pola resistansi antibiotik menunjukkan bahwa resistansi tertinggi terhadap eritromisin, diikuti oleh amoksisilin dan ampisilin, tetrasiklin, streptomisin dan trimetropim-sulfmetokzasol, serta 14 isolat dikategorikan Multidrug Resistant (MDR). Gen resistansi yang dideteksi dari E. coli pada manusia, hewan dan lingkungan adalah blaTEM, ampC, strA, tetA dan sul1, sementara ermB tidak terdeteksi. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian antibiotik eritromisin, amoksisilin, ampisilin, tetrasiklin, streptomisin dan trimetropim-sulfmetokzasol sebaiknya diganti dengan antibiotik jenis lain. Adanya gen resistansi yang berasal dari sampel feses babi, swab tangan dan limbah air mengindikasikan terjadinya penyebaran resistansi antibiotik pada manusia, hewan dan lingkungan.