Sindrom menoupause merupakan disfungsi seksual yang dialami oleh wanita pada akhir siklus menstruasi yang terjadi akibat penurunan kadar estrogen dalam darah. Oleh karena itu, diperlukan terapi penggantian hormon (Hormone Replacement Therapy) yang memiliki efek samping rendah, namun efektivitas terapeutiknya setara dengan estrogen yang dihasilkan dalam tubuh. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan fitoestrogen yang tinggi adalah semanggi merah (Trifolium pratense L.). Tujuan penulisan review artikel ini adalah untuk memberikan informasi mengenai senyawa fitokimia, potensi semanggi merah untuk menangani sindrom menopause melalui uji in vitro, in vivo, dan klinis, dugaan mekanisme kerja, serta interaksi farmakokinetik dari fitoestrogen semanggi merah. Artikel ini disusun menggunakan metode tinjauan pustaka terhadap artikel-artikel yang telah dipublikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional yang bersifat open acces pada 10 tahun terakhir (2013-2023). Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa semanggi merah berpotensi sebagai suplemen untuk mengatasi defisiensi estrogen dan memperbaiki gejala menopause yang meliputi hot flashes, kelelahan, osteoporosis, gangguan metabolik, nyeri sendi, peningkatan kadar kolesterol, serta gangguan kardiovaskular. Efek pemberian ekstrak semanggi merah juga telah diteliti pada jaringan seperti payudara, endometrium, dan sistem reproduksi. Tidak ditemukan adanya interaksi antara fitoestrogen semanggi merah dengan enzim sitokrom P450. Aktivitas estrogenik berasal dari kandungan isoflavon yang meliputi Biochain A, Formononetin, Genistein, serta Daidzein. Isoflavon yang terkandung dalam semanggi merah berperan sebagai fitoestrogen yang mampu menduduki reseptor estrogen dan mampu menimbulkan efek seperti estrogen. Hasil tinjauan pustaka ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan nutraceutical dalam menangani sindrom menopause di masa mendatang.