Studi ini didasarkan pada fenomena perceraian di kota Bandung yang cukup tinggi. Beberapa alasan yang mengemuka pada umumnya berkaitan dengan kurangnya kebersamaan, kurangnya komunikasi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga pemenuhan kebutuhan ekonomi, yang menunjukkan adanya persoalan terkait kedewasaan pasangan dalam membangun resiliensi keluarga. Padahal pernikahan memiliki nilai sakral dalam ajaran agama. Studi ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh dari kesadaran sakral pernikahan dan kedewasaan pasangan terhadap resiliensi keluarga dengan usia pernikahan sebagai mediator. Studi yang melibatkan 400 keluarga muslim di kota Bandung ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan survey online. Sampel ditentukan dengan notasi Slovin dan metode proportional random sampling. Data diolah dengan SPSS menggunakan path analysis. Hasil studi menunjukkan bahwa kesadaran sakral pernikahan (X1) dan usia pernikahan (X2) memiliki peran positif dan signifikan terhadap resiliensi keluarga (Z), dengan kedewasaan diri sebagai mediator (Y). Hasil ini menegaskan pentingnya penyuluh keagamaan untuk mengajarkan tentang nilai sakral dari pernikahan dan kedewasaan terhadap resiliensi keluarga untuk mengurangi angka perceraian pada keluarga muslim di kota Bandung.