AbstrakPada pabrik CV. Solo Button, arang tempurung kelapa dibuat dengan proses pemanasan di dalam tanur terbuka. Proses yang sederhana menghasilkan karakteristik luas permukaan dan ukuran pori yang minim sehingga kurang layak digunakan sebagai bahan adsorben. Penambahan perlakuan dengan degassing menggunakan gas N2 pada temperatur 200 o C dan 300 o C mampu meningkatkan luas permukaan, ukuran pori serta jumlah pori arang. Analisis SAA dan BET menunjukkan kenaikan luas permukaan sebesar 6,2% dan 93,6% serta ukuran pori naik sebesar 14,5% dan 12,29% pada kedua temperatur tersebut. Grafik adsorpsi desorpsi mengindikasikan bahwa pada arang tanpa perlakuan memiliki permukaan yang tidak rata dan tidak terdeteksi porinya sedangkan dengan perlakuan degassing pada temperatur tersebut menunjukkan adanya pembentukan mikropori dari arang.
AbstractAt the factory of CV. Solo Button, coconut shell charcoal is made by heating the raw material in the open concrete reactor. This simple process results in minimal surface area characteristics and pore size, so the chroroal is less suitable for the use as an adsorbent. Addition of treatment with degassing using N2 at temperatures of 200 o C and 300 o C can increase surface area, pore size and number of pore charcoal. The SAA and BET analysis showed an increase in surface area of 6.2% and 93.6% as well as an increased pore size of 14.5% and 12.29% at both temperatures. Adsorption-desorption graphs indicate that the untreated charcoal has uneven surfaces and the pores are not detected while the degassing treatment at these temperatures indicates the formation of micropores from the charcoal.