Limbah baterai lithium-ion diproyeksikan akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan listrik. Teknologi daur ulang baterai menjadi perhatian penting terutama dalam mendukung percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Penelitian ini berfokus pada studi tekno-ekonomi pembangunan pilot plant daur ulang baterai Lithium Manganese Oxide (LMO) dan Lithium Iron Phosphate (LFP) secara pirometalurgi. Kapasitas input daur ulang baterai LFP dan LMO adalah 8.000 ton/tahun. Nilai Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI) daur ulang baterai LMO berturut-turut adalah 12,57%, Rp.7.583.346.464,-, 5,85 tahun, dan 2,39. Sedangkan untuk daur ulang baterai LFP berturut-turut adalah 11,15%, -Rp.11.235.266.123,-, 6,23 tahun, dan 2,32. Hal ini mengindikasikan daur ulang baterai LMO lebih menjanjikan dibandingkan daur ulang baterai LFP. Dari segi analisis sensitivitas, diketahui bahwa daur ulang baterai LMO dan LFP ini lebih sensitif terhadap perubahan harga produk dibandingkan dengan perubahan harga reagen dan nilai OPEX. Emisi gas CO2, pada proses daur ulang baterai LMO lebih sedikit daripada baterai LFP, sehingga pencemaran lingkungan yang dihasilkan lebih minim. Untuk meminimalisir emisi gas ini, dapat dilakukan instalasi peralatan wet scrubber dan implementasi sistem Carbon Capture and Storage (CCS)/Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).