Pembedahan dekompresi dan stabilisasi tulang belakang ini berkaitan dengan nyeri perioperatif yang cukup signifikan. Nyeri pascabedah dekompresi dan stabilisasi tulang belakang lumbal dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan yang terjadi selama pembedahan dan melibatkan aktivasi berbagai mekanisme nyeri. Nyeri dapat berasal dari struktur vertebra, diskus intervertebralis, ligamen, dura, sarung saraf, kapsula sendi faset dan otot. Struktur ini diinervasi oleh ramus posterior nervus spinalis yang memiliki hubungan erat dengan saraf simpatis dan parasimpatis. Selain akibat kerusakan jaringan selama pembedahan, nyeri pascabedah juga dapat disebabkan oleh iritasi mekanis, kompresi atau inflamasi pascabedah.
Kegagalan dalam penanganan nyeri intraoperatif akan menyebabkan stimulasi simpatis, ditandai dengan timbulnya gangguan hemodinamik intraoperatif seperti takikardia, peningkatan tekanan darah, peningkatan isi sekuncup, dan peningkatan konsumsi oksigen jantung. Nyeri yang dialami pada pasien risiko tinggi dapat berakibat terjadinya iskemia atau bahkan infark miokard. Selain itu, nyeri akut pascabedah yang tidak tertangani dengan baik dapat menjadi nyeri kronik pascabedah. Oleh karena itu, manajemen nyeri intraoperatif yang baik dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien, memperbaiki kualitas hidup pasien, mempercepat pemulihan, mobilisasi dan mencegah timbulnya nyeri kronis.
Analgesia multimodal saat ini merupakan pilihan manajemen nyeri perioperatif terbaik dalam pembedahan dekompresi dan stabilisasi tulang belakang. Analgesia multimodal mencakup pemberian obat-obatan intravena maupun analgesia regional selama periode perioperatif. Analgesia berbasis anestesia regional yang dapat digunakan adalah blok interfasia, yaitu infiltrasi dan pemberian anestetika lokal di antara fasia otot. Teknik ini mulai banyak digunakan baik sebagai suplementasi analgesia maupun anestesi tunggal pada berbagai pembedahan.