“…Pada standar nasional Indonesia untuk perkerasan jalan aspal yang dikenal dengan nama standar Bina Marga 2018, perbedaan temperatur produksi ini ditetapkan sebesar 30℃ dimana WMA diproduksi pada suhu 130℃ (Dirjen Bina Marga, 2018). WMA memiliki sifat mekanis yang lebih rendah dibandingkan dengan HMA standar, seperti dalam hal ketahanan terhadap deformasi permanen (rutting), walaupun beberapa tipe aditif tertentu dapat membantu mengurangi perbedaan tersebut (Nur Naqibah Kamarudin et al, 2018;Zhao et al, 2012). Walaupun penelitian lain menunjukkan bahwa WMA menghasilkan nilai ketahanan terhadap lelah yang relatif setara dengan HMA (Piccone et al, 2020a;Sukhija & Saboo, 2021), tetapi tingkat adhesi yang rendah akibat adanya kandungan air dalam campuran menyebabkan WMA memiliki ketahanan terhadap air yang lebih rendah (Albayati et al, 2018;Rahman et al, 2021).…”