ABSTRAKMagnesium (Mg) dan paduannya merupakan salah satu kandidat potensial sebagai material untuk aplikasi hydrogen storage karena memiliki kemampuan menyerap hidrogen dalam jumlah besar. Namun Mg memiliki kekurangan, yakni reaksi kinetiknya tergolong lambat. Untuk itu diperlukan upaya intensif untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah dengan penyisipan katalis. Dalam makalah ini dilaporkan hasil kajian penggunaan katalis silika (SiO2) dari abu sekam padi pada material penyimpan hidrogen sistem MgH2. Material SiO2 disisipkan ke dalam MgH2 sebesar 1 wt%, 3wt% dan 5wt% menggunakan teknik high energy ball milling. Hasil pengamatan dengan XRD menunjukkan proses milling yang berlangsung selama 5 jam berhasil direduksi hingga skala nanokristal. Fasa yang muncul, dari hasil observasi XRD adalah fasa MgH2 sebagai fasa yang paling dominan/utama. Karakterisasi termal dengan DSC menunjukkan bahwa penambahan SiO2 mampu menurunkan waktu dan temperatur desorbsi yaitu 338,72 0 C dalam waktu 14,75 menit pada variasi katalis 5 wt%.
PENDAHULUANSalah satu kendala pada bahan bakar fuel cell (sel bahan bakar) untuk aplikasi otomotif adalah pada sistem penyimpanan hidrogennya. Dari tiga jenis teknik penyimpanan (gas, cair dan padat), maka teknik penyimpan bentuk padat (solid storage) saat ini sedang aktif dikaji oleh para peneliti. Metoda solid storage ini dipicu oleh kenyataan bahwa jika menyimpan hidrogen dalam bentuk gas harus dalam bentuk tabung dengan tekanan tinggi (700 bar (4,4 MJ/L) ) yang secara keamanan tidak efisien. Sementara itu, jika disimpan dalam bentuk cair, maka suhu harus tetap stabil pada -253 0 C (8 MJ/L). Kedua teknik di atas dari sisi keamanan belum memadai [1]. Karena itu, riset terpadu bidang hydrogen storage diarahkan pada pencarian material unggul dengan karakteristik antara lain, mampu menyimpan/menyerap hidrogen dalam jumlah besar, ringan dan harga yang ekonomis.Beberapa jenis material (umumnya unsur logam-logam ringan) diyakini memiliki kemampuan menyerap hidrogen dalam jumlah besar. Salah satunya adalah magnesium (Mg) yang dianggap sebagai kandidat potensial untuk material penyimpan hidrogen. Magnesium, secara teoritis, memiliki kemampuan menyerap hidrogen dalam jumlah besar (7,6 wt%). Jumlah ini melebihi batas maksimum yang ditargetkan Badan Energi Dunia yakni sebesar 5 wt% dan mampu bekerja pada suhu di bawah 100 C [2]. Selain itu sifat Mg yang ringan, mudah diperoleh dan harganya yang terjangkau juga menjadi pertimbangan peneliti dunia saat ini. Akan tetapi Mg memiliki kelemahan yakni reaksi kinetiknya yang lambat, demikian juga temperatur operasinya relatif tinggi (~300 o C). Proses selanjutnya adalah pencampuran MgH2 dengan SiO2 (1 wt%, 3 wt% dan 5 wt%) hasil ekstraksi menggunakan ball milling tipe planetary (Fritsch, P6) dengan ball to powder ratio (BPR) adalah 10:1 pada kecepatan 400 rpm selama 5 jam. Sejumlah kecil sampel dipindahkan ke dalam wadah lain di setiap variasi SiO2 untuk keperluan karakterisasi lebih lanjut. Guna mengetahui komposisi fasa, maka dilakukan identifikasi kuali...