This study aims to describe culture shock of students outside and inside Sumatra and examine the differences in student culture shock based on gender and region of origin. The study population was 2018 level 1 / class students at Padang State University who migrated to Padang from outside and inside West Sumatra with a sample of 300 students selected by simple random sampling technique. The instrument used is "Inventory Culture Shock" (ICS) with a reliability of 0.74. The findings of the study show that culture shock of students from outside West Sumatra is classified as medium and originating from within West Sumatra is relatively low. Then, there was no difference in culture shock between students from outside and in West Sumatra.
Keyword: culture shockThis is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2018 by author PENDAHULUAN Perguruan tinggi merupakan salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berhasil dan berkualitas. Beragam perguruan tinggi yang berada di Indonesia, namun tidak banyak Perguruan Tinggi yang menjadi favorit oleh calon mahasiswa. Berada pada Perguruan Tinggi favorit merupakan dambaan setiap siswa atau Sekolah Menengah Atas (SMA), SMK (Sekolah menengah kejuruan), dan MA (madrasah Aliyah) yang akan dan baru saja menyelesaikan pendidikannya. Banyak Alternatif pilihan untuk melanjutkan pendidikan mulai dari Perguruan Tinggi Negeri, Perguruan Tinggi Swasta, dan Perguruan Tinggi Kedinasan. Mencapai dan mendapatkan kualitas pendidikan yang baik, banyak siswa lulusan SMA, SMK, dan MA yang rela menempuh pendidikan tinggi di luar daerah asalnya dengan kata lain mereka memilih merantau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Masyarakat menganggap bahwa Perguruan Tinggi atau Universitas di kota memiliki kualitas yang lebih baik, jika dibandingkan Universitas yang berada di tempat asal mereka (Muharomi, 2012).Budaya sangat erat kaitanya dengan pendidikan, orang yang dibesarkan dalam budaya tertentu akan belajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan budaya tersebut. Indonesia terdiri dari 34 provinsi mempunyai budaya yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Jadi, walaupun manusia secara biologis sama, namun karena pengalaman budaya mereka secara sosial, mereka tumbuh menjadi berbeda berbeda, seperti orang yang didik dalam latar belakang budaya Papua akan berbeda dengan orang yang di didik dengan latar belakang Jawa. Pendidikan budaya tersebut dapat di wakili oleh sekolah yang mewakili salah satu dari pengalaman penting tersebut. Sekolah menjadi sebuah konteks di mana baik proses sosialisasi maupun pembelajaran terjadi. Pengaruh sekolah besar terhadap interaksi antar budaya membuat pendidikan menjadi fokus utama (Samovar, Porter, & McDaniel, 2010).
Jurnal Konseling dan Pendidikan