Pupuk merupakan bahan yang sangat menentukan produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit. Rebung bambu berpotensi sebagai pupuk organik karena mengandung fitohormon dan unsur hara yang lengkap untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit. Pemakaian POC ini kemungkinan harus didampingi oleh pupuk anorganik karena kandungan hara POC diperhitungkan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hara bibit kelapa sawit di pembibitan utama untuk itu aplikasi pupuk organik cair didampingi dengan pupuk majemuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dosis POC rebung bambu (P) dan pupuk Majemuk NPK (M) serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Penelitian dilakukan di lahan penelitian Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI), Medan, Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, dengan perlakuan pertama adalah dosis POC rebung bambu (P) terdiri dari 4 taraf yaitu P0 (0 ml POC rebung bambu/polibag), P1 ( 120 ml POC rebung bambu per polybag), P2 (240 ml/polybag), P3 (420ml POC rebung bambu/polybag); perlakuan kedua adalah dosis pupuk majemuk NPK (M), dengan 3 taraf yaitu M1 (0.5 kali rekomendasi), M2 (sesuai rekomendasi), M3 (1.5 kali rekomendasi) dengan dosis rekomendasinya sebesar 5 gram/polybag sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan; jumlah ulangan yang digunakan adalah 2 dan jumlah tanaman per plot sebanyak 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi POC berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat segar dan kering tajuk dengan dosis POC terbaik adalah P3 yaitu 420 ml/polybag. Perlakuan dosis pupuk majemuk NPK (M) berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter demikian juga dengan interaksi antara dosis POC rebung bambu (P) dan pupuk majemuk NPK (M) berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.