Dampak Negatif Jual Beli Barang Di Atas Penawaran Orang Lain

Abstract

The researcher conducted this research with the intention of explaining the prohibition of selling/buying on people who are in the process of bidding on goods, both in terms of fraternity and the negative impact (consequences) that arise when bidding occurs while other people are still khiyar. This research was conducted by means of a literature review (Library Research) which uses data collection techniques in the form of documentation. For data analysis, namely literature analysis. The results show that Islam recommends maintaining brotherhood, especially in bargaining for goods when buying and selling so as not to result in market distortion, loss of willingness, violating the value of tolerance, unfair competition, the emergence of hatred, conflict of needs, and a weak level of prudence.

Fenomena Lelang dalam Transaksi Jual Beli : Studi Syarah Hadis

“…Salah satu norma yang harus diperhatikan adalah tidak menawar atau menjual barang yang sedang ditawarkan oleh orang lain dan jika hal ini dilakukan akan terjadi kesenjangan atau konflik yang bahkan dapat menimbulkan tindakan perpecahan karena mengejar keuntungan dan kebutuhan masing-masing pihak yang saling membutuhkan, misalnya penjual dan penjual, pembeli dengan pembeli, atau bisa juga terjadi antara penjual dan penjual (Anggina Sari, 2020). Situasi ini akan menyebabkan permusuhan (Hendrianto & Ridwan, 2021).…”

“…Dalam hadis Rasulullah SAW. juga disebutkan mengenai diperbolehkannya jual beli (Anggina Sari, 2020) sebagaimana hadis Rasulullah riwayat al-Bazzar dan dianggap shahih menurut al-Hakim yang menyatakan pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli itu baik serta terdapat hadis lain mengenai jual beli yaitu dalam hadis riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah serta dinilai shahih oleh Ibnu Hibban yang menyatakan bahwa proses jual beli harus atas dasar saling ridha atau suka sama suka (Hendrianto & Ridwan, 2021).…”

“…Pendapat tersebut diperkuat kembali oleh seorang ulama kontemporer dalam kitabnya Raudhatu ath-Tholibin yang menjelaskan bahwa jika lelang belum ditutup maka tidak termasuk dalam larangan menawar barang yang telah ditawar oleh orang lain, karena satu sama lain telah memahami bahwa penawaran masih terbuka (Achmad, 2017). Penjelasan seperti ini juga disampaikan oleh Imam Nawawi dalam konteks barang yang masih ditawarkan untuk pembeli yang berani memberi harga lebih maka yang lainnya diperbolehkan ikut bergabung dan memberikan tambahan harga meskipun sudah ada yang menawar (Hendrianto & Ridwan, 2021). Yang dilarang adalah ketika sudah terjadi sebuah kesepakatan antar penjual dan pembeli" (Achmad, 2017).…”

“…Dalam hal ini terdapat beberapa ulama kontemporer yang berfatwa dalam pembahasan lelang, di antaranya adalah Syeikh Wahbah az-Zuhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu mengatakan bahwa lelang berarti menawarkan dengan seruan terhadap sebuah barang dan orangorang satu sama lain menambahkan harganya sampai berhenti, maka yang akhir yang berhak mengambilnya. Ini adalah jual beli yang sah dan boleh dan tidak ada masalah di dalamnya (Hendrianto & Ridwan, 2021). Kemudian Syeikh Abdul Muhsin al-'Abbad al-Badr dalam kitabnya Syarah Sunan Abi Dawud mengatakan bahwa hadis ini menunjukkan kebolehan membeli dengan cara lelang, dan itu tidak termasuk dalam lingkup larangan membeli sesuatu terhadap barang yang sudah dipesan orang lain, karena larangan membeli terhadap barang yang sudah dibeli baru terjadi jika sudah ada ketetapan sempurna terhadap barang belian tersebut, yang dengan itu membuatnya mengambil pilihan (Achmad, 2017).…”

“…yakni tidak boleh menjual atau menawar barang dalam kondisi sedang ditawar pembeli (Hendrianto & Ridwan, 2021).…”